I.
Landasan Teori
Enzim
dikenal untuk pertama kalinya
sebagai protein oleh Summer pada tahun 1926 yang telah berhasil mengisolasi urease dan ‘kara
pedang” (Jack Bean). Urease adalah enzirn yang dapat menguraikan urea menjadi
C02 dan NH3. Beberapa tahun kemudian Northrop &
kumits dapat mengisolasi pepsin, tripsin, kimotripsin selanjutnya makin banyak
enzim yang telah dapat di isolasi dan teIah dibuktikan bahwa enzim tersebut ialah satu
protein. Sejak tahun 1926 pengetahuan tentang enzim atau enzimologi berkembang
dengan cepat dan hasil penelitian para ahli biokimia ternyata bahwa enzim
banyak mempunyai gugus bukan protein jadi termasuk golongan protein majemuk.
Enzim semacam ini (holoenzim) terdiri atas protein (apoenzim) dan
sesuatu gugus bukan protein (Poedjadi. 1994).
Enzim
adalah katalisator. Enzim adalah zat (protein) yang untuk sementara terikat pada satu atau lebih
zat-zat yang bereaksi, agar dapat melakukan tugas suatu enzim harus menyatu
biarpun hanya sebentar, dengan paling sedikit satu dan zat yang bereaksi. Pada
umumnya daya yang mengikat enzim dengan substratnya bukan ikatan kovalen, tetapi ikatan hidrogen,
ikatan ion dan daya tarik antara gugus hidrofihik dan dua molekul itu akan secara
sendiri-sendiri atau bersama mengikat substrat pada enzim. Kebanyakan dan
interaksi ini bersifat lemah, terutama jika atom-atom yang bersangkutan tidak berada di dalam jarak
yang amat dekat. Karena itu, agar ikatan antar substrat pada enzim cukup kuat, kedua molekul
harus sangat berdekatan dan meliputi satu area yang cukup luas sejumlah tertentu
agar daya tarik yang lemah ini dapat beroperasi. Jadi molekul substrat harus cocok dengan suatu
permukaan komplementer molekul enzim seperti sebuah kunci dengan luhanig kunci
(Kimball, 1983).
Seperti
protein pada urnumnya. struktur ion enzim tergantung pada PH lingkungannya. Enzim dapat berbentuk ion positif, ion
negatif atau ion berrnuat ganda (zwailler ion). Dengan demikian perubahan
pH lingkungan akan berpengaruh terhadap aktivitas bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks enzim tersebut disamping berpengaruh terhadap struktur
ion pada enzim. Jadi dapat di simpulkan bahwa peruhahan pH dapat mempengaruhi peruhahan asam amino kunci pada sisi aktif
enzim sehingga menghalangi sisi aktif berkombinasi dengan substratnya. pH optimum yang di perlukan berbeda-beda (Soeharsono, 1996).
Enzim
dapat ditemukan baik pada hewan maupun pada tumbuhan. Salah satu enzim yang terdapat pada tumbuhan adalah amilase. Narna lain dan
amilase ialah Diastase, enzim tersebut dapat menghidrolisis amilum menjadi gula.
Amilase dihasilkan
oleh daun atau biji yang sedang berkecamhah. Aktivitas
amilase akan dipengaruhi oleh garam-garam anorganik, pH, suhu, dan cahaya. pH optimurn dan amilase menurut Hopkins, Cole
dan Green
(Miller,
1938) adalah 4,5 - 4,7 (Anonim, 2011).
Enzim meningkatkan
laju sehingga terbentuk kesetimbangan kimia
antara produk dan pereaksi. Pada keadaan kesetimbangan, istilah pereaksi dan produk tidaklah pasti dan bergantung pada
pandangan kita. Dalam keadaan fisiologi yang normal, suatu enzim tidak mempengaruhi jumlah
produk dan pereaksi yang sebenarnya dicapai tanpa kehadiran enzim. Jadi, jika keadaan kesetimbangan tidak menguntungkan bagi pembentukan senyawa, enzim tidak dapat mengubahnya (Salisbury,
1995).
Dalam mempelajari mengenai enzim dikenal beberapa
istilah diantaranva holoenzim, apoenzim, kofaktor, gugus prostetik, koenzim,
dan substrat. Apoenzim adalah suatu enzim yang seluruhnya terdiri dari protein.
sedangkan holoenzim adalah enzim yang mengandung gugus protein dan gugus non
protein. Gugus yang bukan protein tadi dikenal dengan istilah kofaktor. Pada
kofaktor ada yang terikat kuat pada protein dan sukar terurai dalam Iarutan
yang disebut gugus protestik dan ada pula yang tidak terikat kuat pada protein
sehingga mudah terurai yang disebut koenzim. Baik gugus protestik maupun
koenzim, keduanva merupakan bagian yang memungkinkan enzim
bekerja pada substrat. Substrat merupakan zat-zat yang diubah atau direaksikan
oleh enzim (Poedjadi, 2006).
Menurut
Anonim 2011, enzim tertentu dapat
bekerja secara optimal pada kondisi tertentu pula. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kerja enzim adalah sebagai berikut:
1. Suhu
Sebagian besar enzim mempunyai suhu
optimum yang sama dengan suhu normal sel organisme tersebut. Suhu optimum
enzim pada hewan poikilotermik di daerah dingin biasanya lebih rendah
daripada enzim pada hewan homeotermik. Contohnya, suhu optimum enzim pada
manusia adalah 37 derajat celcius, sedangkan pada katak adalah 25 Derajat
Celcius.Kenaikan suhu di atas suhu optimum dapat mengakibatkan peningkatan atau
penurunan aktivitas enzim. Secara umum, tiap kenaikan suhu 10 derajat C,
kecepatan reaksi menjadi dua kali lipat dalam batas suhu yang wajar. Hal
tersebut juga berlaku pada enzim. Panas yang ditimbulkan akibat kenaikan
suhu dapat mempercepat reaksi sehingga kecepatan molekul meningkat.
Hasilnya adalah frekuensi dan daya tumbukan molekuler juga meningkat.Akibat
kenaikan suhu dalam batas tidak wajar, terjadi perubahan struktur enzim
(denaturasi). Enzim yang terdenaturasi akan kehilangan kemampuan
katalisnya. Sebagian besar enzim mengalami denaturasi yang tidak dapat
balik pada suhu 55-65 Derajat C.
2. pH atau keasaman
Seluruh
enzim peka terhadap perubahan derajat keasaman (pH). Enzim menjadi
nonaktif bila diperlakukan pada asam basa yang sangat kuat. Sebagian
besar enzim dapat bekerja paling efektif pada kisaran pH lingkungan yang
agak sempit. Diluar pH optimum tersebut, kenaikan atau penurunan pH
menyebabkan penurunan aktivitas enzim dengan cepat
3. Konsentrasi enzim, substrat
dan kofaktor
Jika pH dan suhu suatu sistem enzim
dalam keadaan konstan serta jumlah substrat berlebihan, laju reaksi
adalah sebanding dengan enzim yang ada. Jika pH, suhu, dan konsentrasi
enzim dalam keadaan konstan, reaksi awal hingga batas tertentu sebanding
dengan substrat yang ada. Jika sistem enzim memerlukan suatu koenzim atau ion
kofaktor , konsentrasi subsrat dapat menentukan laju keseluruhan sistem
enzim.
4. Inhibitor enzim
Enzim dapat dihambat sementara atau
tetap oleh inhibitor berupa zat kimia tertentu. Zat kimia tersebut
merupakan senyawa selain substrat yang biasa terikat pada sisi aktif
enzim (substrat normal) sehingga antara substrat dan inhibitor terjadi
persaingan untuk mendapatkan sisi aktif . Persaingan tersebut terjadi
karena inhibitor biasanya mempunyai kemiripan kimiawi dengan
substrat normal. Pada konsentrasi Substrat yang rendah akan terlihat
dampak inhibitor terhadap laju reaksi, kondisi tersebut berbalik bila konsentrasi
substrat naik.
II. Tujuan
Membuktikan pengaruh pH terhadap
aktivitas enzim amilase.
III.
Metode Kerja
A. Waktu dan Tempat
Hari /Tanggal praktikum : Senin, 5 Desember 2011
Waktu praktikum : Pukul 13.00 s/d 15.00 WITA
Tempat : Laboratorium
Biologi Lantai III sebelah
Timur FMIPA UNM
B.
Alat dan Bahan
1.
Alat:
a. Tabung reaksi
b. Rak tabung reaksi
c. Pipet tetes
d. Lampu spritus
e. Klem
f. pH meter/kertas pH
2. Bahan:
a.
Ekstrak kecambah kacang hijau (Pasheolus radiatus)
b.
Larutan amilum
c.
Larutan Fehling A dan B
d.
HC1 encer (10%)
e.
Larutan NaOH 1%
C.
Prosedur Kerja
1. Menyiapkan 3 tabung reaksi dan memberikan label A1, A2, dan A3. Lalu
mengisinya masing-masing dengan 1 mL ekstrak dan 2 tetes larutan amilum, kemudian mengukur pH larutan.
Mengukur pH larutan tersebut. Menambahkan Larutan Fehling A dan B ke dalam
ketiga tabung. Memanaskan tabung A1, 10
menit setelah penambahan larutan Fehling A dan B. Memanaskan tabug A2, 20 menit
setelah penambahan larutan Fehling A dan B. Memanaskan tabung
A3, 30 menit setelah penambahan larutan Fehling
A dan B. Mencatat perubahan yang terjadi.
2. Menyiapkan
2 tabung reaksi dan memberikan label B1,
dan B2. Lalu mengisinya masing-masing dengan
1 mL ekstrak dan 2
tetes
larutan amilum, menambahkan 2 tetes larutan HCl
ke dalam ketiga tabung, kemudian mengukur pH larutan. Menambahkan
Larutan Fehling A dan B ke dalam ketiga tabung, dan
mengamati perubahan warna yang terjadi. Memanaskan tabung B1, 20
menit setelah penambahan larutan Fehling A dan B. Memanaskan tabung
B2,
30 menit setelah penambahan larutan
Fehling A dan B.
3. Menyiapkan
2 tabung reaksi dan memberikan label Cl, dan C2. Lalu
mengisinya masing-masing dengan 1 mL ekstrak dan 2 tetes larutan amilum, menambahkan 2 tetes larutan NaOH ke dalam ketiga tabung,
kemudian mengukur pH larutan. Menambahkan Larutan
Fehling A dan B ke dalam ketiga tabung. Memanaskan
tabung C1, 20 menit setelah penambahan larutan Fehling
A dan B. Memanaskan tabung
C2, 30 menit setelah penambahan larutan
Fehling A dan B. Mencatat perubahan yang terjadi.
4. Menyiapkan
2 buah tabung reaksi dan memberikan label
D1 dan D2. Lalu mengisinya dengan 2 tetes larutan
amilum dan 1 mL ekstrak, kemudian menambahkan larutan
Fehling A dan B ke dalam tabung. Memanaskan
tabung D1, 20 menit
setelah penambahan larutan Fehling A dan B. Memanaskan
tabung D2, 30
menit setelah penambahan larutan Fehling A dan B. Mencatat perubahan yang
terjadi.
IV.
Hasil Pengamatan
Tabel
Pengamatan
Tabung
|
Waktu
(menit)
|
pH
|
Warna
|
|||
Awal
|
Akhir
|
Awal
|
Akhir
|
|||
A
|
1
|
10
|
5
|
5
|
Hijau muda
|
Coklat
|
|
2
|
20
|
5
|
5
|
Hijau muda
|
Hijau muda
|
|
3
|
30
|
5
|
5
|
Hijau muda
|
Hijau tua
|
B
|
1
|
10
|
5
|
3
|
Biru muda kehijauan
|
Biru muda
|
|
2
|
20
|
5
|
3
|
Biru muda kehijauan
|
Biru muda
|
C
|
1
|
10
|
5
|
13
|
Coklat kemerahan
|
Merah tua
|
|
2
|
20
|
5
|
13
|
Coklat kemerahan
|
Merah tua
|
D
|
1
|
10
|
5
|
5
|
Biru
|
Coklat tua
|
|
2
|
20
|
5
|
5
|
Biru
|
Merah
|
V. Pembahasan
1. Tabung A
Tabung A ini berisi amilum 1
ml dan ekstrak kecambah 1 ml. Campuran
2 ml zat ini memberikan kenampakan yang bening.
Campuran mempunyai nilai pH 5 atau dengan kata lain campuran ini berada dalam suasana agak netral. Campuran ini kemudian dibagi atas tiga tabung, tabung 1
ditambahkan larutan fehling A dan B setelah 10, 20, 30 menit.
Dan hasil pengarnatan. larutan yang awalnya semua berwarna
hijau muda. Setelah pemanasan larutan, warna larutan yang awalnya hijau muda
masing-masing berubah
warna menjadi coklat, hijau muda, dan hijau tua. Hal ini menandakan terbentuknya
glukosa.
2. Tabung B
Tabung B berisi amilum dan ekstrak kecambah
masing-masing, larutan ini ditambahkan dengan beberapa tetes larutan HCL sehingga
larutan ini memberikan kenampakan agak keruh
dan bersifat asarn yang
memiliki nilai pH 3. Seperti prosedur
sebelumnya, isi tabung B dibagi ke dalam dua buah tabung kecil dan
memperlakukannya seperti tabung 1. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dan kedua
tabung setelah dipanaskan menghasilkan glukosa yang ditandai dengan perubahan
warna yang awalnya biru muda kehijauan berubah menjadi biru muda.
3. Tabung C
Tabung C berisi amilum dan ekstrak kecambah serta
tiga tetes NaOH sehingga nilai pH 13.
seperti halnya dengan tabung B, campuran yang ada dalarn tabung ini dibagi kedalarn kedua buah tabung kecil. Tabung 1 ditambahkan fehling A
dan B setelah 10, 20, 30 menit. Larutan pada kedua tabung itu berubah warna
yang awalnya coklat kemerahan menjadi merah tua, yang juga
menandakan terbentuknya glukosa.
4. Tabung D
Tabung
D ini pun berisi masing-masing 1 ml larutan amilum dan
ekstrak kecambah yang masing-masing 1
ml dan kernudian ditambahkan larutan fehling A dan B. Setelah itu, larutan
tersebut dipanaskan, warna larutan
yang awalnya biru dan mengalami perubahan masing-masing menjadi coklat tua dan merah.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2011. Pengaruh pH
terhadap Aktivitas Enzim. http:// Wikipedia. Diakses pada tanggal 17
Desember 2011.
Kimball.1983.
Biology. Jakarta:
Erlangga
Poedjadi. 1994. Biokimia. Surabaya: Universitas
Gajah Mada
Poedjadi. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas
Indonesia
Salisbury.
1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. IPB
Press: Bandung
Soeharsono. 1996. Biokimia. Universitas
Gajah Mada: Surabaya
Tim
Dosen. 2011. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Makasar:
Jurusan
Biologi FMIPA UNM
0 komentar:
Posting Komentar