BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan di era globalisasi saat
ini, masyarakat dunia pada umumnya dan masyarakat Indonesia pada khususnya
sudah memasuki masyarakat informasi yang merupakan kelanjutan dari masyarakat
modern. Masyarakat informasi yang ditinjau dari penguasaan terhadap teknologi,
imajinatif, memudahkan sesuatu hal yang sulit, menginstankan suatu pekerjaan.
Kemudahan yang diberikan oleh teknologi tersebut mencakup banyak hal serta
merambah berbagai aspek kehidupan, mulai dari bisnis hingga pendidikan. Pada
prinsipnya teknologi ini berkembang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
manusia agar dalam kehidupannya dapat lebih mudah berkomunikasi ataupun melakukan
sesuatu. Itulah ciri utama dari era globalisasi
dilihat kemajuan ilmu pengetahuan terutamanya teknologi dibidang informasi,
yang telah mengiring umat manusia menjadi suatu kesatuan, diantaranya yang
sudah tidak asing lagi bagi kita yakni handphone.
Inilah yang menyajikan kepada kita kekuatan daya imajinasi dan teknologi
komunikasi yang memungkinkan tersebarnya informasi dalam kualitas yang hampir
sempurna dalam waktu yang sangat cepat .
Di zaman yang sekarang ini telah banyak sekali alat-alat canggih, namun
dengan adanya perubahan zaman yang modern ini handphone menjadi alat utama untuk berkomunikasi.kadang-kadang handphone ini dijadikan sebagai alat
untuk hal-hal yang negatif seperti, adanya foto-foto porno, dan banyak sekali
sesuatu yang sifatnya negatif,dimana hal-hal yang negatif itu sangat disenagi
oleh kalangan siswa/remaja. Kebanyakan dikalangan siswa/remaja yang sekarang
ini suka kepada handphone yang
kemampuannya tinggi yakni mampu menyimpan banyak hal yang diminati oleh
siswa/remaja. Dan mengingat pengguna handphone
pada masa sekarang ini sangat banyak,maka untuk menyiapkan generasi unggulan
sangat diperlukan dan diharapkan.
Tanpa disadari handphone yang berukuran kecil dan peraktis sangat berdampak bagi siswa baik dari segi hukum, ilmu pengetahuan, agama, sosial dan budaya.
Tanpa disadari handphone yang berukuran kecil dan peraktis sangat berdampak bagi siswa baik dari segi hukum, ilmu pengetahuan, agama, sosial dan budaya.
Handphone saat ini memang bukan barang yang mewah dan aneh bagi
masyarakat Indonesia. Industri handphone, bergerak sangat cepat, setara dengan melesatnya
kecepatan suaranya. Kini semakin banyak teknologi pendukung yang terintegrasi
dengan produk handphone,
seperti radio FM, kamera digital dan pemutar MP3. Belum lagi ukuran handphone
yang berlomba untuk makin kecil dan menarik.
Tidak bisa disangkal dengan penemuan teknologi canggih itu orang menjadi
semakin leluasa berkomunikasi. Tak terkecuali para siswa di sekolah, terutama
SMA dipastikan telah sangat akrab dengannya. Para guru sudah mafhum bahwa benda itu kini bukan lagi
barang mewah seperti saat pertama kali muncul. Bahkan sering dijumpai siswa
dengan latar belakang ekonomi yang pas-pasan pun memiliki barang itu. Meski
tentu untuk mendapatkannya mereka memaksa orang tua dengan berbagai dalih.
Anak zaman sekarang sudah mempunyai handphone dan tiada hari tanpa memegang handphone
terasa tidak enak karena handphone dapat di pergunakan sebagai alat komunikasi, dan
sebagai alat yang dapat menyimpan file-file yang sangat berharga. Anak-anak
zaman sekarang lebih mementingkan handphone daripada pelajaran. Coba bayangkan setiap anak
selalu memegang handphonenya
masing-masing dan sedangkan buku pelajaran tidak di pegang sama sekali hanya
dibiarkan begitu saja tanapa peduli.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang menjadi
fokus kajian penelitian ini adalah:
1.
Apakah penggunaan handphone
dapat mengganggu konsentrasi siswa dengan pelajaran?
2.
Bagaimana pengaruh penggunaan handphone
terhadap konsentrasi siswa
dengan
pelajaran?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui apakah penggunaan handphone dapat mengganggu atau tidak konsentrasi siswa dengan
pelajaran.
2.
Untuk mengetahui dampak atau pengaruh dari penggunaan handphone
terhadap konsentrasi siswa dengan pelajaran.
D. Manfaat
Untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh penggunaan handphone tehadap konsentrasi siswa dengan pelajaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kajian Teori
Globalisasi merupakan suatu proses yang tidak bisa
dihindari dan dicegah. Kemajuan-kemajuan di bidang teknologi komunikasi
menghasilkan media yang canggih sehingga mempermudah terjadinya globalisasi.
Teknologi informasi dan komunikasi telah menghubungkan manusia seluruh dunia
menjadi satu sistem komunikasi. Teknologi telah memperlancar terbentuknya budaya
dunia, yakni budaya yang dianut oleh seluruh umat manusia. Budaya tersebut bisa
saja berasal dari salah satu bangsa atau ras. Namun proses globalisasi telah menjadikannya
budaya semua orang yang diperkenalkan secara sistematis dan intensif ke seluruh
pelosok dunia.
Pada era globalisasi telah terjadi perubahan perubahan cepat. Dunia menjadi
transparan, terasa sempit, hubungan menjadi sangat mudah dan dekat, jarak waktu
seakan tidak terasa dan seakan pula tanpa batas.
Hubungan komunikasi, informasi, transportasi menjadikan satu sama lain
menjadi dekat, sebagai akibat dari revolusi industri, hasil dari pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Teknologi dari alat komunikasi ini
semakin hari semakin maju, salah satunya ialah sangat banyak jenis handphone yang bermunculan. handphone yang diproduksi semakin
variatif baik dari merek, bentuk, ukuran maupun menu dan fitur yang ada di
dalam handphone tersebut. Dengan adanya hal tersebut, masyarakat
cenderung untuk berlomba-lomba memiliki handphone yang menurut mereka
paling maju dan paling baru. handphone juga sudah menjadi salah satu
kebutuhan sehari-hari yang digunakan secara umum oleh masyarakat, mulai dari
kalangan profesional, birokrat, selebriti, elit politik, karyawan, atau
mahasiswa, kini ada kecenderungan handphone sudah mulai marak diperkenalkan dan
digunakan kepada anak-anak sekolah yang dari segi umur masih belum masuk
kategori dewasa.
Banyak alasan orang tua memberikan handphone kepada anak-anaknya. Ada yang karena alasan sepele,
yakni demi gengsi dan simbol status sosial. Lewat cara ini orang tua mencoba
memperlihatkan "siapa mereka" lewat penampilan anaknya di sekolah
dengan pesawat handphone ditangan. Ada pula yang beralasan
lebih fungsional yakni demi memudahkan komunikasi antara orang tua di rumah
atau di tempat kerja dengan anak-anak mereka di sekolah. Setidaknya, lewat
pemberian handphone kepada anak-anak, orang tua lebih mudah berkomunikasi,
memantau, atau melakukan tindakan-tindakan segera jika terjadi situasi darurat.
Misalnya soal jemputan.
Di luar alasan itu, masih ada pula
alasan orang tua yang lebih smart,
yakni selain demi efektivitas komunikasi, orang tua juga mencoba memperkenalkan
teknologi komunikasi lebih dini kepada anak-anak mereka. Lewat pengenalan dini
terhadap sebuah kemajuan teknologi komunikasi, diharapkan si anak bisa lebih
"cerdas" mengadopsi dan menguasai teknologi tersebut. Harapan lebih
jauhnya, si anak bisa terstimulasi otaknya sehingga lebih kreatif dan inovatif
dalam berpikir. Setidaknya, lewat pengenalan lebih dini, anak tidak mengalami
gejala "gaptek" alias gagap teknologi.
Alasan apa pun, sebenarnya sah-sah
saja orang tua memperkenalkan anak-anak mereka terhadap handphone. Meski demikian, sah-sah pula ketika banyak kalangan
justru mempertanyakan segi kelayakan: seberapa pantas anak-anak menggunakan handphone? Banyak alasan yang menjadikan pertanyaan itu muncul dari
aspek psikologi yang dikhawatirkan akan memunculkan rasa cemburu dan
kesenjangan sosial antara anak-anak yang menggunakan handphone dengan mereka yang tidak, khususnya jika si anak
pengguna handphone terlalu atraktif memperlihatkan handphone-nya. Banyak kasus yang telah terjadi akibat penggunaan handphone terutama yang terjadi di sekolah-sekolah. Jangan biarkan
anak menjadi korban teknelogi. Dengan canggihnya fitur-fitur yang tersedia di handphone misalnya kamera, permainan (games) maka hal tersebut
akan menggangu mereka dalam menerima pelajaran di sekolah. Bagaimana tidak,
tidak jarang mereka disibukkan tidak hanya dengan menerima panggilan, sms, misscall
dari teman mereka bahkan dari keluarga mereka sendiri.
Sedangkan alasan siswa membawa
telepon genggam atau handphone ke
sekolah, antara lain adalah untuk :
1.
Melakukan
komunikasi dengan orang tua.
Peran ini memang vital terutama bagi
siswa yang relatif jauh rumahnya dari sekolah dan ada kendala transportasi.
Untuk itu peranan handphone sangat penting sekali untuk memastikan kapan dan kapan
jemputan diperlukan.
2. Mengikuti tren dan
bahasa gaul.
Kebutuhan komunikasi tidak terlalu
penting sebenarnya. Justru mereka tidak tahu untuk apa handphone kecuali untuk mengekor
teman-temannya. Penganut madzhab ini biasanya menggunakan handphone untuk ber-sms-ria sesama kawannya.
Dan dengan memiliki piranti ini mereka merasa derajatnya naik. Jadi ada bahasa
simbol bagi kelompok ini. handphone menjadi simbol pergaulan
siswa.
3. Mencari informasi
iptek lewat internet
Hal ini dimungkinkan dengan penemuan
seri handphone canggih generasi
3G yang memberikan kesempatan penggunanya untuk browsing internet lewat handphone. Namun alasan ke tiga ini sangat sedikit yang mengikuti
karena selain membutuhkan piranti yang harganya mahal, biaya pemakaiannya pun
tidak murah.
Dampak dari pemakaian handphone dengan maksud tak jelas itu sangat
merugikan bagi siswa maupun orang tuanya, juga bagi guru sangat merugikan dalam
kegiatan belajar mengajar. Meskipun tidak dinafikkan dengan banyaknya manfaat
yang bisa diperoleh oleh siswa dengan adanya handphone seperti sudah dibahas di atas. Namun nampaknya
keuntungan itu tidak sepadan dengan kerugian bagi pengguna dengan alasan-alasan
tersebut. Paling tidak ada beberapa kerugian yang didapat :
1. Menurunnya konsentrasi belajar
Perhatikan saja siswa yang banyak
menggunakan handphone dengan tujuan yang tidak jelas. Mereka akan lebih suka
membicarakan isi sms atau tipe handphone yang tengah nge-tren daripada
memperbincangkan pelajaran. Lebih parah lagi bagi sekolah yang kurang ketat
dalam pengawasan penggunaan handphone pada siswanya. Bisa-bisa saat pelajaran berlangsung para
siswanya akan mencuri-curi waktu untuk melakukan sms dengan temannya.
2. Menambah pengeluaran ekstra alias boros
Dengan kondisi perekonomian orang
tua yang serba minim, namun karena anaknya memaksa untuk bisa memiliki handphone maka mereka harus mengeluarkan
anggaran ekstra. Bila sebelumnya orang tua cukup memberi uang jajan dan
transport setelah memiliki handphone harus menambah uang beli
pulsa. Dan karena sebagian besar siswa belum memiliki skala prioritas dalam pembelajaran,
maka sebagaian siswa menghabiskan uang mereka untuk membeli pulsa. Mereka rela
tidak jajan asal bisa ber-sms-ria dengan temannya. Bahkan kebutuhan untuk
membeli buku atau keperluan belajar lainnya bisa kalah dengan kebutuhan membeli
pulsa. Para guru di daerah pinggiran utamanya akan sangat faham dengan perilaku
siswa semacam ini.
3. Meningkatnya gambar porno dan kata-kata jorok lewat handphone
Ini adalah akibat yang paling serius
dari pemilikan handphone yang tak memiliki tujuan yang jelas. Dengan keisengan
khasnya, mereka menggunakan handphone untuk saling bertukar gambar porno dan bercanda lewat
sms dengan kata-kata yang menjurus porno pula. Bahkan yang paling mengerikan,
mereka membuat gambar porno dengan model atau pemeran mereka sendiri seperti
telah terjadi beberapa waktu lalu di salah satu SMA di Madiun, Jawa Timur.
Dan yang memprihatinkan biasanya
orang tua tidak tahu aktifitas yang dilakukan anaknya lewat handphone -nya. Karena
banyak orang tua yang gaptek atau gagap teknologi, maka dengan
gampangnya mereka dikelabuhi anaknya. Dengan berpura-pura menjadi anak yang
manis di rumah dan berada di kamar dengan buku digelar di meja belajar. Namun
sesungguhnya ia mengembara di dunianya yang lain nan jauh. Maka disinilah peran
sekolah untuk selalu mengawasi penggunaan handphone bagi siswa di sekolah sangat diperlukan.
Pihak sekolah yang mengijinkan siswanya membawa handphone ke sekolah perlu membuat beberapa peraturan tambahan,
seperti tidak mengaktifkan handphone
saat pelajaran berlangsung. Bahkan di beberapa sekolah, ada peraturan yang
memperbolehkan guru-guru menyita handphone
milik-murid apabila ia menggunakan handphone-nya
saat pelajaran berlangsung. Tentunya beberapa peraturan ini akan mengurangi
tingkat penyalahgunaan handphone di
sekolah-sekolah. Dan dengan begitu handphone
akan digunakan sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai alat komunikasi.
Mengenai seberapa pentingnya membawa
handphone, hal itu tergantung dari
siswa. Karena setiap siswa membawa
handphone ke sekolah dengan tujuan yang berbeda. Ada yang membawa handphone ke sekolah untuk kontak
dengan orang tua, ada yang karena kesibukan sehari-harinya, ada yang hanya
iseng, atau pamer, juga untuk pergaulan.
Peraturan di sekolah perlu ditegakkan. Tapi
akan lebih baik jika pihak sekolah melarang siswa untuk mempergunakan handphone di kelas saat pelajaran
berlangsung dengan diikuti pengawasan ketat dan sanksi tegas dari pihak
sekolah. Jika tidak, para siswa tidak akan takut pada peraturan. Dengan
demikian, peraturan yang diberlakukan hanya akan mencegah penyalahgunaan handphone, seperti menyontek. Jika siswa
tidak diperbolehkan untuk membawa handphone
ke sekolah, hal tersebut akan memberatkan siswa. Risiko kehilangan yang
biasanya diributkan sekolah sebagai alasan untuk memberlakukan peraturan tidak
diperbolehkan membawa handphone. Tak ada
jalan lain selain para siswa menjaga keutuhan barangnya masing-masing. karena
pihak sekolah tidak mungkin bertanggung jawab penuh. Dan jika dilakukan
penggeledahan, hal tersebut akan mengganggu PBM. Walaupun hal itu mungkin akan
dilakukan jika terjadi kasus kehilangan handphone.
Oleh sebab itu, sekolah perlu membuat tata tertib yang tegas mengenai masalah
pemakaian handphone. Siswa boleh-boleh saja membawa handphone asalkan tidak digunakan dalam jam pelajaran. Walaupun disilent agar bunyi dering handphone tidak
terdengar, tetap saja handphone tidak boleh dipakai. Tetapi akan
lebih baik lagi jika dinon-aktifkan sama sekali.
Efek radiasi selain berbagai
kontroversi di seputar dampak negatif penggunaan handphone diatas, penggunaan handphone juga berakibat buruk terhadap kesehatan, ada baiknya
masyarakat lebih hati-hati dan bijaksana dalam menggunakan atau memilih handphone, khususnya bagi anak-anak. Jika memang tidak terlalu
diperlukan, sebaiknya anak-anak jangan dulu diberi kesempatan menggunakan handphone secara
permanen. Sekadar mempekenalkan dan mengajarkan teknologi handphone boleh-boleh
saja, tapi tunda dulu di sebagai pemakai tetap. Tidak saja dari aspek kesehatan
yang diyakini masih relatif rentan, tapi dari sisi lain, khususnya menyangkut
keamanan juga sangat rawan terhadap tindak kejahatan. Ingat, anak-anak
merupakan salah satu target utama dari pada penjahat.
Ada beberapa langkah yang sebaiknya
ditempuh agar relatif aman menggunakan handphone. Langkah-langkah
tersebut antara lain minimalkan pemakaian handphone pada anak, kurangi,
atau hindari penggunaan handphone pada saat sinyal lemah karena saat
itu handphone akan bekerja lebih keras sehingga memperkuat radiasi.
Selain itu, usahakan jangan terlalu dekat ke telinga, jika perlu gunakan handsfree dan yang tidak kalah
pentingnya adalah jangan biarkan anak-anak menggunakan handphone saat menyeberang jalan. Itu jauh lebih berbahaya.
Maraknya masyarakat menggunakan handphone sebetulnya memberikan dampak yang positif untuk
masyarakat pada umumnya karena mempermudah komunikasi. Akan tetapi, yang perlu
diingat adalah bagaimana menyadarkan masyarakat bahwa dengan adanya teknologi
yang semakin maju dari handphone ini
tidak membuat masyarakat Indonesia mempunyai pola hidup yang konsumtif bahkan
melebihi batas.
Dari beberapa hal yang telah di
jelaskan di atas dapat di simpulkan bahwa globalisasi telah membawa dampak bagi
kehidupan kita. Dampak positif dari globalisasi diantaranya ialah perubahan
sistem pengetahuan menjadi maju; perubahan nilai budaya yang baik; perubahan
etos budaya lebih baik; perubahan kepercayaan; serta perubahan pandangan hidup.
Sedangkan dampak negatif dari globalisasi ialah keguncangan budaya; dan
ketimpangan budaya.
Sesungguhnya dengan globalisasi,
kita dapat mengambil peranan yang lebih besar pada prakarsa dan kreavitas warga
masyarakat melalui berbagai infrastuktur teknologi informasi dan transportasi,
ekonomi, sosial-budaya, politik, atau elemen organisasi masyarakat. Setiap
warga negara berkewajiban dan sekaligus merupakan suatu kehormatan apabila
mampu menciptakan motivasi, tatanan, kondisi, dan peluang yang diperlukan untuk
tumbuh dan berkembangnya kreativitas dan prakarsa masyarakat itu sendiri.
Era globalisasi dewasa ini
mengharuskan kita untuk bersikap arif dan mampu merumuskan serta
mengaktualisasikan kembali nilai-nilai kebangsaan yang tangguh dalam
berinteraksi terhadap tatanan dunia luar dengan tetap berpijak pada jati diri
bangsa, serta menyegarkan dan memperluas makna pemahaman kebangsaan kita dengan
mengurangi dampak negatif yang akan timbul. Sudah saatnya, era globalisasi kita
maknai dengan arti yang positif, antara lain tumbuhnya persaingan yang sehat,
tingkat kompetisi yang tinggi, harus serba cepat, dan sebagainya.
Terhadap arus globalisasi yang makin
berkembang pesat ini, kita harus memiliki sikap selektif. Sikap selektif
terhadap globalisasi, baik aspek positif maupun negatif harus kita pertahankan.
Kita dapat menerima aspek positif dari globalisasi, namun kita tetap harus
selektif memilih semua aspek positif agar nilai dan jati diri bangsa tidak
hilang. Kita juga harus menghindari aspek negatif dari globalisasi dan harus
bersikap aktif menyeleksi semua proses globalisasi yang masuk.
B.
Hipotesis
Kebanyakan siswa sering menggunakan handphone saat pelaksanaan proses
belajar berlangsung sehingga akan menyulitkan siswa dalam hal konsentrasi
terhadap pelajaran.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk
dalam jenis Penelitian Kausal-Komparatif (Causal-Comparative Reseach) .
Jenis Penelitian ini adalah suatu penelitian yang menyelidiki kemungkinan
hubungan sebab akibat berdasarkan atas pengamatan terhadap akibat yang ada
serta mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu.
B.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan
di SMA Negeri 3 Makassar pada bulan Februari 2011.
C.
Populasi dan Ruang Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan aspek
penelitian. Dengan demikian yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa SMA Negeri 3 Makassar.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan
objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dan sampel dalam
penelitian ini adalah sebanyak 30 siswa.
D.
Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Pengumpulan data
Teknik
pengumpulan data yang disunakan dalam proses penelitian ini adalah dengan
menggunakan pernyataan. Data yang diperoleh dengan mengumpulkan hasil jawaban
dari kuisioner tersebut kemudian ditabulasi, diskoring, dipersentasekan dan
dibuat dalam bentuk tabel.
2. Pengolahan data
Cara pengukuran menggunakan skala Likert dengan
skor 1-5, dimana:
Pilihan Jawaban
|
Pernyataan Positif
|
Pernyataan Negatif
|
Sangat Setuju (SS)
|
5
|
1
|
Setuju (S)
|
4
|
2
|
Ragu-ragu (R)
|
3
|
3
|
Tidak Setuju (TS)
|
2
|
4
|
Sangat Tidak Setuju (STS)
|
1
|
5
|
E.
Variabel dan Design Penelitian
Variabel dari penelitian ini adalah siswa/siswi.
Ø
Variabel bebas : Pengaruh
penggunaan handphone
Ø
Variabel terikat : Konsentrasi
siswa dan terhadap pelajaran
Dari paradigma di atas
terlihat adanya hubungan antara dua variabel tersebut.
F.
Defenisi Operasional Variabel
Agar penelitian ini
dapat terlaksana dengan baik dilapangan sehingga perlu membuat lintasan secara
operasional, menganalisis pengaruh penggunaan
handphone terhadap konsentrasi
siswa dengan pelajaran. Dapat mempengaruhi dalam artian baik itu memiliki
pengaruh atau tidak.
G. Tabel Pengumpulan Data
Angket
adalah kumpulan atau daftar pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada
responden. Responden adalah orang yang diharapkan member respon atau jawaban.
Dan dalam penelitian ini kami menggunakan angket tertutup untuk mengumpulkan
data. Dimana angket tertutup adalah angket yang jawabannya sudah tersedia dan
responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan pilihan responden.
H. Teknik Analisis Data
Untuk
menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah penelitian, data yang diperoleh lalu
dianalisis secara deskriptif dan kualitatif dengan menggunakan analisis
prosentase.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A.
Hasil Penelitian
Telah dilaksanakan penelitian di SMA Negeri 3 Makassar
dengan jumlah responden 30 siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
cara observasi langsung dan instrumen berupa kuisioner terhadap responden
dengan hasil sebagai berikut:
1. Pengaruh penggunaan handphone terhadap konsentrasi siswa dengan pelajaran.
Jumlah total skor perolehan responden = 2007 , sehingga
persentase skor tingkat pemahaman responden adalah :
Persentase perolehan
=
Berdasarkan kriteria jawaban
menggunakan skala Likert, maka tingkat pengetahuan responden tentang pengaruh penggunaan handphone terhadap konsentrasi
siswa dengan pelajaran berada dalam kategori yaitu:
·
0%-20% = Sangat lemah
·
21%-40% = Lemah
·
41%-60% = Sedang
·
61%-80% = Kuat
·
81%-100% = Sangat kuat
Distribusi
frekuensi relatif pengaruh handphone :
Interval
nilai
|
Frekuensi
|
frekuensi Relatife (%)
|
20 – 35
|
0
|
0%
|
36 – 51
|
2
|
6,67%
|
52 -67
|
13
|
43.33%
|
68 – 83
|
14
|
46,67%
|
84 – 100
|
1
|
3,33%
|
Frekuensi
Relatif =
B.
Pembahasan
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan responden
sebanyak 30 siswa SMA Negeri 3 Makassar yang terdiri dari kelas X ( sepuluh ) ,
XI ( sebelas ) , XII ( duabelas ). Dan dalam hal ini ketiga tingkatan kelas
tersebut telah mencukupi sampel dan mewakili siswa yang ada di SMA Negeri 3
Makassar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari
hasil penelitian, sesuai dengn tujuan penelitin yaitu untuk mengetahui dampak
atau pengaruh dari penggunaan handphone terhadap
konsentrasi siswa dengan pelajaran. Hal ini ditunjukkan bahwa dari seluruh responden
mmeperoleh jumlah total perolehan skor sebesar 2007 (66,9%) yang berada dalam
katergori kuat (61%-81%).
B.
Saran
Sebaiknya saat dalam keadaan belajar, siswa dapat lebih
meminimalkan penggunaan handphone
agar siswa dapat lebih konsentrasi dengan pelajaran. Selain itu, sebaiknya
siswa dapat menggunakan handphone sesuai
dengan kebutuhan agar terhindar dari dampak negatif penggunaan handphone.
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, Bambang Tri dan
Sunardi. 2010. Membangun Wawasan
Kewarganegaraan 3. Surakarta: Tiga Serangkai.
Budiyanto. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA Kelas
XII jilid 3. Jakarta: Erlangga.
0 komentar:
Posting Komentar