I.
JUDUL
PERCOBAAN
Teknik Pemurnian
II.
TUJUAN
PERCOBAAN
Pada akhir percobaan mahasiswa diharapkan memahami
dan terampil dalam :
1.
Melakukan destilasi
untuk pemisahan dan pemurnian
2.
Mengkalibrasi dan
mengoreksi pembacaan thermometer
3.
Merangkai peralatan
destilasi sederhana
4.
Memisahkan campuran
azeotrop
5.
Melakukan
rekristalisasi dengan baik
6.
Memilih pelarut yang
sesuai untuk rekristalisasi
7.
Menjernihkan dan
menghilangkan warna larutan
8.
Menguasai tehnik
penentuan titik leleh
9.
Membaca titik leleh
pada thermometer
10. Membedakan
campuran dari senyawa murni dari titik lelehnya
III.
LANDASAN
TEORI
Dalam praktikum kimia sering kali
berbagai campuran zat harus dipisahkan menjadi zat murni. Cara pemisahan tersebut
dapat berupa penyaringan, dekantasi, penguapan, kristalisasi, kromatografi dan
destilasi. Prinsip destlasi adalah proses penguapan dan pengembun dari suatu
zat cair pada tekanan dan suhu tertentu. Tujuan destilasi adalah pemurnian zat
cair pada titik didihnya , dan pemisahan cairan dari zat padat atau memisahkan
zat cair dari campuran zat cair lainnya yang mempunyai titik didih yang
berbeda. Rekristalisasi yaitu cara memurnikan zat padat organic yang paling
efektif umumnya dengan melrutkannya dalam suatu pelarut yang cocok sekitar
titik didihnya. Titik leleh sustu senyawa adalah suhu dimana senyawa tersebut
mulai meleleh sampai seluruhnya meleleh. Senyawa-senyawa murni suhunya hamper
tetap selama meleleh atau disebut tititk leleh yang tajam, misalnya 127,5-128
C atau 180-181
C,sedangkan untuk cuplikan yang sama tetapi
tidak murni akan meleleh 123-126
C atau 178-180
C.Pengotoran yang dapat menyebabkan penurunan
titik leleh ini mungkin sekali suatu bahan berbentuk resin yang tidak mudah
diidentifikasi atau senyawa lain yang mempunyai titik leleh lebih rendah atau
lebih tinggi dari senyawa utamanya.Kriteria kemurnian sustu zat adalah titik
lelehnya yang tajam. Disamping itu, kita mempunyai senyawa-senyawa baku, maka
dapat ditentukan titik lelehnya, kemudian senyawa yang tidak diketahui dicampur
dengan senyawa baku, lau titik lelelh ditentukan lagi. Bila titik leleh
campuran sama dengan titik leleh senyawa baku, maka berarti senyawa yang tidak
diketahui itu sama dengan senyawa baku tersebut (Tim Dosen Kimia Organik, 2012:
3-4).




Rekristalisasi adalah teknik pemurnian
zat padat dari pencemaran yang dilakukan dengan cara mengkristalkan kembali zat
tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Prinsip dasar dari
proses ini adalah perbedaan kelarutan antara zat yang dimurniakan dengan zat
pencemarannya. Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat
yang jamak digunakan, dimana zat-zat padat tersebut dilarutkan dalam suatu
pelarut kemudian dikristalkan kembali. Cara ini bergantung pada kelarutan zat
dalam pelarut tertentu dikala suhu diperbesar. Karena konsentrasi total
impurity biasa lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin,
maka konsentrasi impurity yang rendah tetapi dalam larutan sementara produk
yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap. Teknik pemurnian adalah destilasi,
destilasi adalah metode pemisahan dua cairan atau lebih yang didasarkan pada
perbedaan titik didihnya umumnya destilasi menyangkut cairan dari gas dimana
perbedaan tekanan uap diambil sebagai keuntungan untuk memishkan materi
tersebut. Distilasi adalah proses pemisahan yang berdasarkan pemisahan titik
didih dari komponen-komponen yang dipisahkan. Distilasi yang sering digunakan
dalam proses isolasi komponen, pemekatan larutan, dan juga pemurnian komponen
cair. Penentuan titik leleh filtrate yang diperoleh dari tahap pertama, digerus
sampai halus. Hal ini bertujuan untuk memperkecil atau memperhalus ukuran Kristal
agar dapat dimasukkan dalam tabung kapiler. Pipa kapiler harus dimasukkan
kedalam alat ukur titik leleh yang melting-block. Mengatur melting-block dengan
memulainya suhu terendah (annisanfushie 2008 ).
Rekristalisasi
adalah teknik pemurnian zat padat dari pencemaran yang telah dilakukan dengan
cara mengkristalkan kembali atau pelepasan pelarut dari zat terlarutnya dalam
sebuah campuran homogen atau larutan. Destilasi adalah suatu metode pemisahan
dua campuran atau dua cairan atau lebih yang didasarkan pada perbedaan titik
didihnya. Jenis-jenis destilasi ada beberapa yaitu destilasi sederhana,
destilasi terfraksi, destilasi vacuum dan destilasi uap (Anonim, 2012).
Dasar
pemisahan pada destilasi adalah perbedaan titik didih cairan pada tekanan
tertentu. Pemisahan dengan destilasi melibatkan penguapan diferensial dari
suatu campuran cairan diikuti dengan penampungan material yang menguap dengan
cara pendinginan dan pengembunan. Pemisahan dengan destilasi berbeda dengan
cara penguapan. Pemisahan dengan cara destilasi semua komponen yang terdapat
didalam campuran bersifat mudah menguap (volatil). Tingkat penguapan
(volatilitas) masing-masing komponen yang berbeda-beda pada suhu yang sama. Hal
ini akan berakibat bahwa pada suhu tertentu uap yang dihasilkan dari suatu
campuran cairan akan selalu mengandung lebih banyak ompenen yang kurang volatif
jadi sifat yang demikian ini akan terjadi sebaliknya, yakni pada suhu tertentu
fasa cairan akan lebih banyak mengandung komponen yang kurang volatile. Jadi
cairan yang setimbang dengan uapnya pada suhu tertentu memiliki komposisi
berbeda. Uap selalu lebih banyak mengandung komponen volatil yang berbeda.
Pemisahan secara destilasi berbeda dengan pemisahan penguapan. Pada pemisahan
dengan cara penguapan komponen volatil dipisahkan dari komponen yang non
volatil, karena proses pemanasan. Sebagai contoh: pemisahan penguapan dapat
digunakan untuk memisahkan air dari larutan NaCl berair, sedang pemisahan
dengan cara destilasi digunakan untuk memisahkan campuran alcohol dan air untuk
itu, sebagai contoh adalah pemurnian alcohol, pemisahan minyak bumi menjadi
fraksi-fraksinya, pembuatan minyak astiri dan sebagainya. (Soebagio, 2003: 24)
Langkah
pertama dalam pemurnian minyak bumi biasanya adalah destilasi (penyulingan).
Minyak mentah dipanaskan sampai sekitar 4000C, dan uapnya naik ke
kolom fraksinasi yang tinggi. Fraksi bertitik didih lebih rendah naik lebih
cepat dan lebih tinggi dalam kolom sebelum
mengembun menjadi cairan, fraksi bertitik didih lebih tinggi dikertak
(cracked) oleh kalor dan katalis (terutama silica dan alumina), menghasilkan
produk dengan rantai karbon yang lebih pendek dan karenanya titik didihnya
lebih rendah. (Hart, 2003: 115)
Perubahan
dari cair menjadi padat disebut pembekuan, dan proses kebalika disebut
pelelehan atau peleburan. Titik leleh suatu padatan (atau titik bekku suatu
cairan) adalah suhu pada saat fasa padat dan cair berada dalam kesetimbangan.
Titik leleh normal (titik beku normal) suatu zat adalah titik leleh (titik
beku) yang diukur pada tekanan 1 atm. Biasanya kita menghilangkan kata “normal”
dalam merujuk titik leleh zat pada tekanan 1 atm. Kesetimbangan cair-padat yang
sangat dikenal adalah kesetimbanagn air dan es. Pada 00C dan 1 atm,
kesetimbangan dinamis tersebut dinyatakan dengan : es setimbang air. Ilustrasi
praktis dari kesetimbangan dinamis tersebut dinyatakn diberikan oleh segelas
air es. Ketika es balok meleleh menjadi air, sebagian air diantara balok es
dapat membeku, sehingga balok-balok es tersebut bergabung. Hal ini bukan
merupakan kesetimbangan dinamis yang sesungguhnya, karena gelas tidak dijaga
pada 00C semua balok es akhirnya meleleh seluruhnya. Energy
(biasanya dalam kilojoule) yang dibutuhkan untuk melarutkan atau melehkan 1 mol
padatan disebut kalor peleburan molar. (Chang, 2003: 3)
IV.
METODE
A. Alat
dan Bahan
1.
Alat:
a.
Labu destilasi 500ml
b.
Kondensor tegak
c.
Corong Buchner
d.
Erlenmeyer 125 dan 250
ml
e.
Labu isap 150 ml
f.
Pembakar spiritus
g.
Kasa asbes dan kaki
tiga
h.
pengaduk
i.
Gelas ukur 10ml, 25 ml
dan 100ml
j.
Penjepit tabung
k.
Tabung kapiler
l.
Melting point
m. Thermometer
310
C dan 100
C


n.
Botol semprot
o.
Statif dan klem
p.
Gelas piala
2.
Bahan:
a.
Asam salisilat (C7H6O3)
b.
Urea (CO(NH2)2)
c.
Etanol (CH3CH2OH)
d.
Batu didih
e.
Asam benzoate (C6H5COOH)
f.
Norit
g.
Air (H2O)
B.
PROSEDUR
KERJA
a.
Destilasi biasa
1.
Memasang peralatan
destilasi biasa dengan memasang labu bundar 500 mL yang diklem dan disimpan di
atas kawat kasa dan pembakar Bunsen
2.
Melengkapi ujung
kondensor dengan adaptor dan penampung gelas ukur
3.
Mengalirkan air
pendingin, mengalirkan aliran air dari bawah ke atas
4.
Memasukka campuran
etanol-air ke dalam labu yang jumlahnya maksimum setengah volume labu
5.
Menambahkan beberapa
butir batu didih
6.
Memulai melakukan
pemanasan dengan api yang diatur perlahan naik sampai mendidih.
7.
Mengatur pemanasan
supaya destilat menetes secara teratur dengan kecepatan satu tetes perdetik
8.
Mencatat suhu dan
volume destilat secara teratur setiap interval waktu tertentu (setiap 5 menit).
b.
Rekristalisasi
1.
Menempatkan 1 gram
Kristal (asam) dan 5 mL air dalam Erlenmeyer 125 mL
2.
Menggoncang campuran
tersebut, meletakkan di atas pembakar kecil sampai mendidih
3.
Menambahkan setiap kali
5 mL air ambil menggoncang sampai Kristal tepat larut dengan beberapa jumlah
air yang diperlukan. Menambahkan air sampai volume 25 mL
4.
Memasukkan norit 1-2%
dari berat asam, mendidihkan sambil diaduk
5.
Menuangkan/menyaring ke
atas corong Buchner yang sudah dilengkapi labu isap
6.
Memindahkan hasil
saringan tersebut ke dalam Erlenmeyer
7.
Membiarkan mendingin
hingga mengkristal, kalau pada suhu kamar belum terbentuk Kristal, kita dapat
melakukan pendinginan dalam air es.
8.
Menyaring Kristal yang
terbentuk dengan corong biasa yang dilengkapi dengan kertas saring, lalu
mengeringkannya di oven.
c.
Penentuan titik leleh
1.
Menimbang zat yang akan
ditentukan titik lelehnya yaitu urea dan asam benzoate dengan perbandingan 1:1,
4:1, dan 1:4
2.
Memasukkan zat yang
telah ditimbang dan zat yang tidak diketahui kedalam pipa kapiler
3.
Memasang tabung kapiler
yang sudah berisi zat dalam lubang khusus pada blok logam atau dengan cara
menempelkannya ada thermometer (kedudukan zat tepat pada kolom Hg) untuk
penentuan menggunakan alat thiele.
V.
HASIL
PENGAMATAN
A.
Destilasi Biasa
Volume
destilasi kurang lebih 125 ml, pada tetsan pertama destilat yaitu terjadi pada
suhui 80


B.
Rekristalisasi
Asam
benzoat yang dimasukkan dalam Erlenmeyer ditambah air menghasilkan campuran
yang tak berwarna tapi tampak keruh. Campuran dididihkan hingga tidak
mengkristal lagi, dimasukkan norit hingga mendidih sampai diaduk, campuran
dihasilkan berwarna hitam. Setelah mendidih larutan disaring pada corong
Buchner hingga terpisah antara norit dan larutan Kristal . Hasil saringan
disaring didinginkan hingga membentuk endapan hasil saringan disaring lagi,
dilapisi dengan kertas watman hingga terbentuk serbuk warna putih, dikeringkan
pada oven dan diperoleh Kristal 0,3 gram yang berwarna putih.

C.
Penenentuan Titik Leleh
Menutup
salah satu ujung pipa kapiler melalui pemanasan kecil pada api, ujung pipa kapiler
tertutuup. Urea dicampurkan dengan asam salisilat dengan perbandingan 1:4, 4:1
dan 1:1. Campuran diaduk dan dimasukkan ke dalam pipa kapiler yang telah berisi
zat tidak diketahui. Memindahkan zat ke lubang yang tertutup pada pipa kapiler,
kemudian menutup kembali ujung pipa kapiler melalui pemanasan kecil. Memasukkan
pipa kapiler ke dalam alat thiele dan mengamati suhu zat sampai meleleh. Titik
leleh zat tidak diketahui I : 128-1620C. titih leleh zat yang tidak
diketahui II : 148-1600C. titik leleh zat perbandingan 1:1 : 190-2380C.
titik leleh zat perbandingan 1:4 : 238-2500C. titik leleh zat
perbandingan 4:1 : 240-2440C.
VI.
ANALISIS
DATA
Penentuan titik leleh
1. Zat
X
Titik awal meleleh : 120 ° C
Ttitk meleleh sempurna : 125 ° C
Trayek titik leleh : titik meleleh seluruhnya – Titik
awal meleleh
: 125
° C - 120 ° C
: 5 ° C
2. Urea
: Asam salisilat : 1 : 1
Titik awal meleleh : 130 ° C
Ttitk meleleh sempurna : 134 ° C
Trayek titik leleh : titik meleleh seluruhnya – Titik
awal meleleh
: 134
° C - 130 ° C
: 4 ° C
3. Urea
: Asam salisilat : 1 : 4
Titik awal meleleh : 137 ° C
Ttitk meleleh sempurna : 139 ° C
Trayek titik leleh : titik meleleh seluruhnya – Titik
awal meleleh
: 139
° C - 137° C
: 2 ° C
4. Urea
: Asam salisilat : 4 : 1
Titik awal meleleh : 134 ° C
Ttitk meleleh sempurna : 142 ° C
Trayek titik leleh : titik meleleh seluruhnya – Titik
awal meleleh
: 142
° C - 134 ° C
:
8 ° C
Rendemen Rekristalisasi
Dik: Massa Teori C6H5COOH : 1 g
Massa
Praktek C6H5COOH:
0,3 g
Dit: Rendemen………….?
Penyelesaian:
Rendemen =
x 100
%

=
x 100 %
= 30 %

VII.
PEMBAHASAN
A.
Destilasi
Pada
percobaan ini, Etanol ditambahkan dengan air yang dipisahkan atau dimurnikan
dengan menggunakan kondensor yang berfungsi mendinginkan hasil destilat yang
merupakan uapa panas senhingga berubah menjadi wujud cair. Destilat yang
merupakan cairan murni yang keluar pada ujung kondensor menandakankan bahwa
etanol yang terpisah dengan air paada kondensor, aliran air pendingin diarahkan
dari bawaah membuat pendingin lebih aktif sehingga dapat lebih cepat mengembun
uap. Pada proses destilasi, selelu dilakukan penambahan batu didih yang
bertujuan untuk mengurangi letupan akibat pemanasan. Adapun air dan etanol
susah dipisahkan. Pertama karena warnanya yang sama dan gugus hidroksil OH-
pada etanol dapat membentuk ikatan hydrogen dengan air., pada proses pemanasan
yang dilakukan, destilat pertama menetes pada suhu 80 ° C. Hal ini menunjukkan
destilat pertama diperoleh adalah alkohol murni suhu campuran etanol dan air
tidak boleh melebihi 90 ° C Sampai 100 ° C karena pada suhu tersebut, destilat
yang diperoleh sudah bukan alcohol murni. Berdasarkan hasil percobaan, volume
keseluruhan destilat yang diperoleh selama 5 menit yang ke 20 yaitu 125 mL. hal
ini menunjukkan bahwa airdestilat yang
diperoleh tdk hanya berupa etanol namun sudah terdapat karena seharusnya etanol
kurang sedikit darri 125 mL. Hal ini juga dikarenakan etan9ol menguapa pada
suhu 78-79 ° C pada percobaan menit terakhir penguapan terjadi pada suhu 89° C
sehingga air juga ikut menguap.
B. Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah suatu tehnik
pemurnian zat cair dari campurannya dengan cara mengkristalkan kembali zat
tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang cocok. Pada percobaan ini,
pertama-tama memasukkan 1 g Kristal asam benzoate, 5 mL air ke dalam elenmeyer.
Air disini berfungsi untuk mearutka asam bensoat karena air merupakan senyawa
polar dan asam benzoate juga merupakan senyawa polar sehingga asam benzoate
dapat dilarutkan dalam air. Setelah itu, dipanaska hingga medidih, saat
pemanasan ditambahkan sedikit demi sedikit aquades agar asam asam tersebut
cepat larut atau bercampur secar homogen. Kemudian, ditambahkan lagi air sampai
volume 25 mL, dan masukkan 1-2% norit dari berat asam. Norit berfungsi untuk
mengikat kotoran pada larutan, hal ini disebabkan norit merupakan arang aktiv
sebagai bahan penyerap air karena mempunyai partikel-partikel yang besar.
Kemudian larutan yang masih panas disaring dengan corong Buchner yang
dilengkapi kertas saring whatman dan labu isap. Larutan disaring panas agar
tidak terjadi pengkristalan pada kertas saring. Corong Buchner diguakan karena
corong Buchner tersebut terbuat dari porselin yang tahan panas sehingga jika
larutan disaring panas tidak panas tidak akan terjadi kerusakan pada corong,
selain itu ukuran corong yang relative besar dari corong biasa dan dapat
dilengkapi dengan labu isap sehingga dapat mempercepat proses penyaringan.
Setelah Kristal terbentuk segera disimpan di dalam Erlenmeyer dan didiamkan
selama beberapa menit didalam air es hingga Kristal yang terbentuk makin
banyak. Kristal yang dihasilkan kemudian dibakar dalam oven menghasilkan
Kristal sebnyak 0,3 g. Hal ini menandakan Kristal yang direkristalisasi ini
lebih murni.
C.
Penentuan titik leleh
Pada percobaan ini akan ditentukan
titik leleh suatu larutan yaitu dengan menentukan suhu yang diperoleh pada saat
larutan tersebut mulai meleleh dan meleleh seluruhnya. Pada percobaa ini, akan
dilakukan dua percobaan yaitu zat campuran dan zat yang tidak diketahui.
1.
Campuran
Pada percobaan ini, membuat campuran
urea dengan asam salisilat dengan perbandingan 1:4, 1:1, 4:1. Mengusahakan
campuran homogen. Menotolkan tabung kapiler yang sudah di bakar salah satu
ujungnya agar tabung kapiler tertutup sehingga campuran tidak keluar. Kemudian
disimpan pada alat thiele yang dipasang pada thermometer lalu dipanaskan untuk
menentukan titik lelehnya. Dari hasil pengamatan diperoleh bahea titik leleh
urea dengan asam salisilat dengan perbandingan 1:4, 1:1, 4:1 adalah 480C,
120C dan 40C dengan trayek lelehnya yang cukup besar dan
senyawa ini termasuk senyawa campuran dalam trayek lelehnya yaitu 10C
ke atas. Hal ini tidak sesuai dengan teori.
2.
Zat yang tidak
diketahui
Pada
percobaan ini, zat yang tidak diketahui dimasukkan ke dalam tabung kapiler lalu
dipanaskan agar zat tersebut tidak keluar. Tabung kapiler dipanaskan dan
diletakkan pada alat thiele. Hasil yang diperoleh pada saat zat tak
diketahui mulai meleleh seluruhnya yaitu
1250C. Dari hasil tersebut diketahui zat titik lelehnya disekitar
itu adalah asam benzoat. Menurut teori asam benzoate memiliki titik leleh yaitu
121,5° C - 122° C.
VIII.
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1.
Destilat pertama
campuran etanol air diperoleh pada suhu 80° C, hasil destilat diperoleh
sebanyak 125 mL.
2.
Rekristalisasi
merupakan teknik pemisahan campuran dan pengotor dengan cara
mengkristalisasikan kembali pelarutnya.. Rendemen yang diperoleh yaitu 30 %
3.
Air adalah pelarut yang
baik untuk rekristalisasi karena merupakan senyawa polar dan kekuatan
melarutnya tinggi
4.
Titik leleh adalah suhu
dimana senyawa mulai melelh sampai melelh seluruhnya.
5.
Titik leleh
Urea
: Asam Benzoat
1
: 1 = 130° C - 134° C
1
: 4 =137° C - 139° C
4
: 1 = 134° C - 142° C
6.
Titik leleh zat X yang
diperoleh yaitu 120° C - 125° C dan berdasarkan titik leleh X tersebut zat X
adalah asam benzoat.
B.
SARAN
1. Praktikan sebaiknya menguasai teori
mengenai percobaan sebelum praktikum
2. Praktikan sebaiknya benar-benar focus
pada percobaan yang dilakukan
3. Praktikan harus teliti dalam mengamati
suhu pada thermometer
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012.http
://community.Um.Ac.Id/showthhread. Php?73931_Rekristalisasi-Destilasi
diakses pada tanggal 6 Mei 2012
Annifushie.wordpres.com/2008/12/16/Pemisahan-pemurnian
zat-padat-rekristalisasi-titik-leleh/ diakses pada 6
Mei 2021
Chang,
Raymond. 2003. Kimia Dasar Edisi Ketiga.
Jakarta : Erlangga.
Hart,
dkk. Kimia Organik. Jakarta :
Erlangga
Soebagio, dkk. 2003. Kimia Analitik II. Malang : INSTE.
Tim Dosen Kimia Organik. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Organik 1.
Makassar : Jurusan Kimia FMipa UNM.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Grafik
titik didih terhadap volume destilat

2.
Azeotrop biner adalah
suatu campuran yang sangat sulit untuk dipisahkan sehingga dibutuhkan senyawa
lain untuk dapat memutus ikatan azeotrop dengan bantuan tekanan yang tinggi.
Cara membedakannya dalam percobaan tidak dapat dijelaskan karena destilasi azeotrop
tidak dilakukan.
3.
Dalam destilasi uap,
uap yang keluar setelah kontak dengan bahan yang didestilasi merupakan campuran
uap dari masing-masing komponen sebanding dengan volumenya.
4.
Sifat-sifat yang harus
dipunyai oleh suatu pelarut dalam rekristalisasi ialah pelarut yang dipilih
dapat melarutkan zat yang akan dimurnikan dalam keadaan panas, bersifat polar,
titik didihnya rendah, dan tidak bereaksi dengan zat yang dilarutkan.
5.
Lima urutan kerja
rekristalisasi:
a.
Memilih pelarut yang
cocok.
b.
Melarutkan senyawa ke
dalam pelarut panas.
c.
Penyaringan
d.
Pendinginan filtrate
e.
Penyaringan dan
pendinginan Kristal.
6. Prisip
dasar dari rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan untuk zat yang akan
dimurnikan dengan zat pencemarnya.
7. Dua
alasan penyaringan dengan labu isap adalah :
a. Agar
memperoleh Kristal yang lebih banyak dan lebih murni
b. Agar
pengotor tidak ikut pada Kristal.
8. Penentuan
titik leleh
Senyawa
|
Campuran
|
Titik Leleh
|
Trayek Leleh
|
|
A
|
B
|
|||
Asam Salisilat
|
Urea
|
1:1
|
130-1340C
|
40C
|
Asam Salisilat
|
Urea
|
1:4
|
137-1390C
|
20C
|
Asam Salisilat
|
Urea
|
4:1
|
134-1420C
|
80C
|
9.
Titik leleh zat yang
diberikan asisten yaitu 121,50C-1220C , zat ini merupakan
senyawa murni yang trayek titik lelehnya 50C
10.
Zat tak diketahui yaitu
asam benzoat.
0 komentar:
Posting Komentar