Judul
: Pesawat
Sederhana
I.
KAJIAN
PUSTAKA
Pesawat sederhana adalah alat mekanik yang dapat mengubah arah
atau besaran dari suatu gaya. Secara umum, alat-alat ini bisa disebut sebagai mekanisme paling
sederhana yang memanfaatkan keuntungan mekanik untuk menggandakan gaya (Wulandari, 2013).
Seperti
yang kita ketahui bahwa di sekitar kita banyak sekali peralatan yang digunakan
untuk mempermudah melakukan pekerjaan. Alat-alat tersebut diciptakan manusia
dari yang paling sederhana sampai yang paling rumit seperti motor, mobil,
pesawat terbang, telepon, televisi, komputer dan lain-lain. Alat yang digunakan
oleh manusia untuk memudahkan melakukan pekerjaan atau kegiatan disebut
pesawat.
“Pesawat sederhana adalah alat bantu
untuk memudahkan kerja manusia yang disusun secara sederhana. Pesawat sederhana
secara umum berguna antara lain untuk melipat gandakan gaya, merubah arah gaya,
memperbesar kecepatan, dan melakukan perpindahan yang besar” (Muslimin, 2013:
17).
Ada
dua jenis pesawat, yaitu pesawat sederhana dan pesawat rumit. Pesawat sederhana
adalah alat bantu kerja yang bentuknya sangat sederhana contohnya adalah tuas,
bidang miring, katrol dan roda berporos. Pesawat rumit adalah pesawat yang
terdiri dari susunan beberapa pesawat sederhana contonya pesawat terbang,
pesawat telepon, pesawat televisi, mobil, motor, sepeda dan lain-lain.
Pesawat sederhana dikelompokkan menjadi empat jenis,
yaitu tuas, bidang miring, katrol, dan roda berporos.
Linggis
merupakan salah satu jenis tuas. Tuas lebih dikenal dengan nama pengungkit.
Pada umumnya, tuas atau pengungkit menggunakan batang besi atau kayu yang
digunakan untuk mengungkit suatu benda. Terdapat tiga titik yang menggunakan
gaya ketika kita mengungkit suatu benda, yaitu beban, titik tumpu, dan titik
kuasa. Beban merupakan berat benda, sedangkan titik tumpu merupakan tempat
bertumpunya suatu gaya. Gaya yang bekerja pada tuas disebut kuasa. Tuas dapat
digambarkan secara sederhana.
Berdasarkan
posisi atau kedudukan beban, titik tumpu, dan kuasa, tuas digolongkan menjadi
tiga, yaitu tuas golongan pertama, tuas golongan kedua, dan tuas golongan
ketiga (Sandy, 2012).
a.
Tuas golongan pertama
Pada tuas
golongan pertama, kedudukan titik tumpu terletak di antara beban dan kuasa.
Contoh tuas golongan pertama ini di antaranya adalah gunting, linggis,
jungkat-jungkit, dan alat pencabut paku.
b.
Tuas golongan kedua
Pada tuas
golongan kedua, kedudukan beban terletak di antara titk tumpu dan kuasa. Contoh
tuas golongan kedua ini di antaranya adalah gerobak beroda satu, alat
pemotong kertas, dan alat pemecah kemiri, pembuka tutup botol.
c.
Tuas golongan ketiga
Pada tuas
golongan ketiga, kedudukan kuasa terletak di antara titik tumpu dan beban.
Contoh tuas golongan ketiga ini adalah sekop yang biasa digunakan untuk
memindahkan pasir .
Jalan yang berkelok-kelok menuju pegunungan memanfaatkan cara kerja bidang
miring. Bidang miring adalah permukaan rata yang menghubungkan dua tempat yang
berbeda ketinggiannya. Dengan dibuat berkelok-kelok pengendara kendaraan
bermotor lebih mudah melewati jalan yang menanjak. Orang yang memindahkan drum
ke dalam bak truk dengan menggunakan papan sebagai bidang miringnya. Dengan
demikian, drum berat yang besar ukurannya lebih mudah dipindahkan ke atas truk.
Bidang miring memiliki keuntungan, yaitu kita dapat memindahkan benda ke tempat
yang lebih tinggi dengan gaya yang lebih kecil. Namun demikian, bidang miring
juga memiliki kelemahan, yaitu jarak yang di tempuh untuk memindahkan benda
menjadi lebih jauh. Prinsip kerja bidang miring juga dapat ditemukan pada
beberapa perkakas, contohnya kampak, pisau, pahat, obeng, dan sekrup. Berbeda
dengan bidang miring lainnya, pada perkakas yang bergerak adalah alatnya.
3.
Katrol
“Katrol merupakan roda
yang berputar pada porosnya. Biasanya pada katrol juga terdapat tali atau
rantai sebagai penghubungnya. Berdasarkan cara kerjanya, katrol merupakan jenis
pengungkit karena memiliki titik tumpu, kuasa, dan beban. Katrol digolongkan
menjadi tiga, yaitu katrol tetap, katrol bebas, dan katrol majemuk” (Muslimin,
2013:19).
a.
Katrol tetap
Katrol tetap
merupakan katrol yang posisinya tidak berpindah pada saat digunakan. Katrol
jenis ini biasanya dipasang pada tempat tertentu. Katrol yang digunakan pada
tiang bendera dan sumur timba adalah contoh katrol tetap.
b.
Katrol bebas
Berbeda dengan
katrol tetap, pada katrol bebas kedudukan atau posisi katrol berubah dan tidak
dipasang pada tempat tertentu. Katrol jenis ini biasanya ditempatkan di atas
tali yang kedudukannya dapat berubah, seperti tampak pada gambar di samping.
Salah satu ujung tali diikat pada tempat tertentu. Jika ujung yang lainnya
ditarik maka katrol akan bergerak. Katrol jenis ini bisa kita temukan pada
alat-alat pengangkat peti kemas di pelabuhan.
c.
Katrol majemuk
“Katrol majemuk merupakan
perpaduan dari katrol tetap dan katrol bebas. Kedua katrol ini dihubungkan
dengan tali. Pada katrol majemuk, beban dikaitkan pada katrol bebas. Salah satu
ujung tali dikaitkan pada penampang katrol tetap. Jika ujung tali yang lainnya
ditarik maka beban akan terangkat beserta bergeraknya katrol bebas ke atas” (Suryatin: 2006).
4.
Roda Berporos
Roda berporos
merupakan roda yang di dihubungkan dengan sebuah poros yang dapat berputar
bersama-sama. Roda berporos merupakan salah satu jenis pesawat sederhana yang
banyak ditemukan pada alat-alat seperti setir mobil, setir kapal, roda sepeda,
roda kendaraan bermotor, dan gerinda.
II.
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
A.
Praktikum
1: Pengungkit
1.
Alat
a.
Tiang neraca
b.
Dudukan neraca beralur
c.
Lengan neraca beralur
d.
Penggantungan piring neraca
e.
Piringan neraca
f.
Neraca pegas
g.
Kubus Aluminium
h.
Kotak KIT IPA
2.
Bahan
a.
Buku penuntun praktikum
3.
Langkah
Kerja
a.
Menyediakan alat dan bahan yang
dibutuhkan.
b.
Meletakkan tiang neraca tegak lurus
(berdiri) di atas meja.
c.
Memasukkan lengan neraca beralur ke
dalam dudukan neraca beralur.
d.
Meletakkan dudukan neraca di atas tiang
neraca pada kedudukan tiang yang seimbang.
e.
Meletakkan piring neraca pada ujung kiri
lengan neraca beralur dengan menggunakan penggantung piring neraca.
f.
Mengaitkan neraca pegas pada ujung
lengan kanan neraca beralur.
g.
Meletakkan kubus aluminium di atas
piring neraca.
h.
Menarik neraca pegas agar terjadi
keseimbangan antara lengan kanan dan lengan kiri. Kemudian, mencatat panjang
regangan pegas.
i.
Mengulangi kegiatan di atas dengan
memindahkan titik tumpu neraca yakni, yang pertama bergeser dua lubang ke kanan
dan yang kedua bergeser dua lubang ke kiri kemudian mencatat panjang regangan pegas
masing-masing.
j.
Menjawab pertanyaan yang ada di bagian
bawah bagian langkah kerja sesuai hasil pengamatan.
k.
Membuat kesimpulan dari percobaan
tersebut.
B.
Praktikum
2: Bidang Miring
1.
Alat
a.
Tutup kotak resonansi
b.
Neraca pegas
c.
Kubus kayu
d.
Kubus kayu dan kubus aluminium
e.
Kotak KIT IPA
f.
Papan tripleks
2.
Bahan
a.
Buku penuntun praktikum
3.
Langkah
Kerja
a.
Menyediakan alat dan bahan yang
dibutuhkan.
b.
Mengangkat kotak resonansi dengan cara
mengaitkan pengait pada neraca pegas pada kaitan pada kotak resonansi.
Menghitung panjang regangan pegas.
c.
Membuat bidang miring dengan cara
memiringkan papan tripleks dan meletakkan kotak resonansi yang telah dikaitkan
di atas bidang miring tersebut. Menarik kotak resonansi dari bawah ke atas dan
menghitung panjang regangan pegas.
d.
Melandaikan kemiringan papan tripleks
dan menarik kotak resonansi dari bawah ke atas. Menghitung panjang regangan
pegas.
e.
Meninggikan kemiringan papan tripleks
dari kondisi awal dan menarik kotak resonansi dari bawah ke atas. Menghitung
panjang regangan pegas.
f.
Membuat tabel pengamatan sesuai
kreativitas, kemudian mengisi tabel tersebut sesuai dengan hasil pengamatan.
g.
Membandingkan panjang regangan pegas
pada langkah 1, 2, dan 3, 4, dan 5, kemudian membuat kesimpulan.
C.
Praktikum
3: Katrol
1.
Alat
a.
Piring neraca
b.
Katrol tunggal 2 buah
c.
Penggantung piring
d.
Kartu plastik
e.
Kubus kayu
f.
Gantungan hampa udara
g.
Kubus Aluminium
h.
Mur baut dudukan
i.
Tali
2.
Bahan
a.
Buku penuntun praktikum
3.
Langkah
Kerja
a.
Menyediakan alat dan bahan yang
dibutuhkan.
b.
Menggantung piring neraca pada neraca
pegas dan mengisi piring neraca dengan kubus kayu dan aluminium, kemudian
menghitung panjang regangan neraca pegas tersebut.
c.
Memasang gantungan hampa udara pada
dinding yang permukaannya halus, kemudian menggantung neraca pegas yang telah
dibebani piring neraca pada gantungan hampa udara yang telah dikaitkan dengan
katrol. Meletakkan kubus kayu di atas piring neraca. Menghitung panjang
regangan neraca pegas tersebut.
d.
Melakukan langkah kerja nomor 2 dan
mengaitkan katrol kedua lalu meletakkan kubus aluminium dan kubus kayu di atas
piring neraca. Menghitung panjang regangan neraca pegas tersebut.
e.
Mencari selisih antara langkah 1, 2, dan
3, kemudian membuat kesimpulan pada percobaan ini.
D.
Praktikum
4: Roda
1.
Alat
a.
Kereta roda empat
b.
Kotak Resonansi
c.
Neraca pegas
2.
Bahan
a.
Buku penuntun praktikum
3.
Langkah
Kerja
a.
Menyediakan alat dan bahan yang
dibutuhkan.
b.
Mengaitkan neraca pegas dengan kotak resonansi,
kemudian menghitung regangan pegas apabila kotak tersebut ditarik di atas papan
tripleks.
c.
Memasangkan kereta roda empat sebagai
alat pengangkut kotak. Kemudian meletakkan kotak resonansi di atas roda dan
mengukur regangan pegas setelah kotak resonansi ditarik di atas papan.
d.
Berdasarkan hasil percobaan pada langkah
kerja nomor 1 dan 2, menghitung selisih panjang regangan pegasnya.
e.
Membuat kesimpulan dari hasil percobaan
tersebut.
III.
HASIL
PENGAMATAN PRAKTIKUM
A.
Hasil
Pengamatan Praktikum 1 : Pengungkit
Pertanyaan penuntun:
1.
Berapakah panjang
regangan neraca ketika neraca dalam kedudukan seimbang?
2.
Berapakah panjang
regangan neraca ketika neraca dalam kedudukan digeser 2 kali ke kanan?
3.
Berapakah panjang
regangan neraca ketika neraca dalam kedudukan digeser 2 kali ke kiri?
B.
Hasil
Pengamatan Praktikum 2 : Bidang Miring
C.
Hasil
Pengamatan Praktikum 3 : Katrol
D.
Hasil
Pengamatan Praktikum 4 : Roda
IV.
ANALISIS
HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM
A.
Analisis
Hasil Pengamatan Praktikum 1 :
Pengungkit
Pengamatan
pertama yang dilakukan berjudul Pengungkit. Pengamatan ini menggunakan alat
tiang neraca, dudukan neraca beralur, lengan neraca beralur, penggantungan
piring neraca, piringan neraca, neraca pegas, kubus aluminium, dan kotak KIT
IPA. Bahan yang digunakan ialah buku penuntun praktikum. Tiang neraca
diletakkan tegak lurus di atas meja. Kemudian lengan neraca beralur dimasukkan ke
dalam dudukan neraca beralur. Setelah itu, dudukan neraca diletakkan di atas
tiang neraca pada kedudukan yang seimbang. Selanjutnya piring neraca diletakkan
pada ujung kiri lengan neraca beralur dengan menggunakan penggantung piring
neraca. Lalu mengaitkan neraca pegas pada ujung lengan kanan neraca beralur. Kemudian
diletakkan kubus aluminium di atas piring neraca tersebut.
Setelah
itu, neraca pegas ditarik agar terjadi keseimbangan antara lengan kanan dan
lengan kiri. Panjang regangan neraca ketika neraca dalam kedudukan seimbang
ialah 0,4 N. Selanjutnya kegiatan tersebut diulangi dengan memindahkan titik
tumpu neraca yakni yang pertama bergeser dua lubang ke kanan dan yang kedua
bergeser dua lubang ke kiri. Panjang regangan neraca ketika neraca dalam
kedudukan digeser dua lubang ke kanan adalah 0,75 N dan panjang neraca ketika
neraca dalam kedudukan digeser dua lubang ke kiri adalah 0,2 N. Pada saat titik
tumpu di geser mendekati neraca pegas dan menjauhi beban maka ukuran beban
semakin berat dan pada saat titik tumpu digeser menjauhi neraca pegas dan
mendekati beban maka ukuran beban semakin turun. Hal ini sesuai dengan jenis tuas
yang berdasarkan pada titik tumpunya yakni tuas golongan pertama kedudukan
titik tumpu terletak di antara beban dan kuasa.
B.
Analisis
Hasil Pengamatan Praktikum 2 : Bidang Miring
Pengamatan
kedua yang dilakukan berjudul Bidang Miring. Pengamatan ini menggunakan alat tutup
kotak resonansi, neraca pegas, kubus kayu, kubus aluminium, kotak KIT IPA, dan
papan tripleks. Bahan yang digunakan ialah buku penuntun praktikum. Kotak
resonansi diangkat dengan cara mengaitkan pengait pada neraca pegas pada kaitan
pada kotak resonansi. Panjang regangan pegas saat diangkat ialah 1,05 N.
Selanjutnya membuat bidang miring dengan cara memiringkan papan tripleks dan
meletakkan kotak resonansi yang telah dikaitkan di atas bidang miring tersebut.
Lalu kotak resonansi ditarik dari bawah ke atas. Panjang regangan pegas ialah
1,2 N.
Kemudian
kemiringan papan tripleks dilandaikan dan kotak resonansi ditarik dari bawah ke
atas. Panjang regangan pegas ialah 1,1 N. Setelah itu, kemiringan papan
tripleks ditinggikan dari kondisi awal dan kotak resonansi ditarik dari bawah
ke atas. Panjang regangan pegas ialah 1,3 N. Perubahan dari setiap panjang
regangan pegas ditentukan oleh masing-masing papan sebagai bidang miring.
Sehingga semakin tinggi kemiringan papan yang digunakan sebagai bidang miring,
maka semakin panjang pula regangan pegasnya.
C.
Analisis
Hasil Pengamatan Praktikum 3 : Katrol
Pengamatan
ketiga yang dilakukan berjudul Katrol. Pengamatan ini menggunakan alat piring
neraca, katrol tunggal 2 buah, penggantung piring, kartu plastik, kubus kayu, gantungan
hampa udara, kubus aluminium, mur baut dudukan, dan tali. Bahan yang digunakan
ialah buku penuntun praktikum. Piring neraca digantung pada neraca pegas dan
piring neraca tersebut diisi dengan kubus kayu dan aluminium. Panjang regangan
neraca pegas tersebut ialah 0,7 N.
Selanjutnya
gantungan hampa udara digantung pada dinding yang permukaannya halus, kemudian
neraca pegas yang telah dibebani piring neraca digantung pada gantungan hampa
udara yang telah dikaitkan dengan katrol. Lalu kubus kayu diletakkan di atas
piring neraca. Panjang regangan neraca pegas tersebut ialah 0,3 N. Setelah itu,
melakukan langkah kerja yang kedua dan mengaitkan katrol kedua lalu kubus
aluminium dan kubus kayu diletakkan di atas piring neraca. Panjang regangan
neraca pegas tersebut ialah 0,4 N. Selisih antara langkah 1 dan 2 ialah sebesar
0,4 N, selisih antara langkah 2 dan 3 ialah sebesar 0,1 N, dan selisih antara
langkah 1 dan 3 ialah sebesar 0,3 N. Panjang regangan akan semakin kecil jika
katrol yang digunakan juga banyak sehingga beban pun menjadi lebih ringan.
D.
Analisis
Hasil Pengamatan Praktikum 4 : Roda
Pengamatan
keempat yang dilakukan berjudul Roda. Pengamatan ini menggunakan alat kereta roda
empat, kotak resonansi, dan neraca pegas. Bahan yang digunakan ialah buku penuntun
praktikum. Neraca pegas dikaitkan dengan kotak resonansi, kemudian menghitung
regangan pegas apabila kotak tersebut ditarik di atas papan tripleks. Panjang regangan
pegas tersebut ialah 0,9 N. Selanjutnya kereta roda empat dipasang sebagai alat
pengangkut kotak. Kemudian kotak resonansi diletakkan di atas roda dan mengukur
regangan pegas setelah kotak resonansi ditarik di atas papan. Panjang regangan
pegas tersebut ialah 0,1 N. Selisih
panjang regangan pegas pada kotak resonansi yang ditarik dari papan tanpa
menggunakan roda dengan yang menggunakan empat roda ialah 0,8 N. Hal ini sesuai
dengan prinsip kerja pesawat sederhana (roda) yaitu untuk mempermudah pekerjaan
manusia, sehingga panjang regangan pegas atau beban akan semakin ringan.
V.
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
Praktikum 1 : Pengungkit
Berdasarkan
hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa semakin jauh
titik kuasa dari beban, maka berat beban pun akan semakin tinggi. Begitu pula
sebaliknya, semakin dekat titik tumpu dari beban, maka berat beban pun akan
turun.
B.
Kesimpulan
Praktikum 2 : Bidang Miring
Berdasarkan
hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ukuran berat
benda akan berkurang atau bertambah berdasarkan posisi bidang miring yang
digunakan. Berat benda akan berkurang jika posisi kemiringan papan yang
digunakan sebagai bidang miring dilandaikan dan berat benda akan bertambah jika
posisi bidang miring ditinggikan.
C.
Kesimpulan
Praktikum 3 : Katrol
Berdasarkan
hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa berat benda akan
lebih ringan jika menggunakan katrol. Semakin banyak katrol yang digunakan,
maka semakin ringan pula beban yang diangkat.
D.
Kesimpulan
Praktikum 4: Roda
Berdasarkan
hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa roda akan
memudahkan pekerjaan manusia dengan menjadikan beban semakin ringan dan menjadi
mudah untuk digerakkan.
DAFTAR PUSTAKA
Muslimin, dkk. 2013. Panduan
Praktikum Konsep Dasar IPA 2. Makassar:
Universitas Negeri Makassar.
Sandy. 2012. Pengertian dan Jenis-jenis Pesawat Sederhana. http://www. gunadarma.ac.id. Diakses pada tanggal 9 November 2013.
Suryatin. 2006. Fisika VIII Untuk Sekolah Menengah
Pertama dan MTs kelas VIII. Jakarta: Grasindo.
1 komentar:
Makasi min
Posting Komentar