Tugas Sosiologi Pendidikan

TUGAS!

Mengapa dalam pendidikan terdapat aspek sosiologis dan mengapa guru dan calon guru harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan sosiologi?
Jawaban:
Dalam pendidikan terdapat aspek-aspek sosiologis sebab situasi pendidikan adalah situasi hubungan dan pergaulan sosial. Hubungan dan pergaulan sosial yang ada dalam pendidikan (sekolah) antara lain terjadi antara pendidik dengan pendidik, pendidik dan anak didik, anak didik dengan anak didik, pendidik dengan pegawai, pegawai dengan pegawai, anak didik dengan pegawai.
Guru dan calon guru perlu memahami hal-hal yang berkaitan dengan sosiologi karena hal ini disebabkan antara lain:
Bahwa masyarakat mengalami perubahan sangat cepat, progresif. Perubahan yang cepat menimbulkan adanya cultural lag (ketinggalan kebudayaan akibat adanya hambatan-hambatan). Cultural lag ini merupakan paham sesuatu yang menimbulkan masalah-masalah sosial di masyarakat. Masalah yang timbul tidak dapat diatasi oleh lembaga-lembaga pendidikan. Untuk itu para ahli sosiologi diharapkan dapat mengembangkan pemikirannya untuk ikut memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.
Guru selain sebagai administrator,  informatory dan pemimpin, maka harus berkelakuan menurut harapan masyarakatnya. Kepribadian guru dapat mempengaruhi suasana kelas/sekolah, baik kebebasan yang dinikmati anak dalam mengeluarkan pendapatnya dan mengembangkan kreatifitasnya ataupun pengekangan dan keterbatasan yang dialami dan pengembangan kepribadiannya. Kebebasan guru juga dibatasi oleh atasannya (kepala sekolah, pemilik, kepala Dinas sanksi menteri), keseluruhannya dipengaruhi, dibatasi, serta diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan di sekolah dipengaruhi berbagai faktor antara lain menyangkut usaha murid, guru, orang tua, interaksi antara murid dengan murid serta lingkungan sosialnya baik yang dihadapi di dalam maupun di luar sekolah.

Apa yang dimaksud dengan pendidikan sebagai sarana pembudayaan?
Jawaban:
Pendidikan merupakan sarana untuk membudayakan anak. Hal ini tercermin dari fungsi sekolah adalah mentransformasikan nilai budaya dari satu generasi ke generasi lainnya. Lebih lanjut hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan hubungan transformatif. Artinya sekolah memiliki kewajiban untuk mensosialisasikan nilai-nilai atau norma-norma yang ada di masyarakat kepada anak didik dengan berbagai perubahan-perubahan sebagai hasil perbaikan dari kekurangan yang ada.
Dalam arti positif pendidikan dapat dipandang sebagai kegiatan inovasi (Sunaryo dan Nyoman Dantes, 1996/1997:40). Dari uraian tersebut di atas dimaksudkan melalui pendidikan di sekolah, pendidikan dalam rumah tangga maupun pendidikan di luar sekolah dapat dipakai sebagai sarana untuk pembentukan kebudayaan. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan sarana untuk pembudayaan.

Bagaimanakah peranan sekolah dalam mentransformasi kebudayaan pada generasi muda?
Jawaban:
Pendidikan sebagai transformasi budaya di artikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok di teruskan misalnya, nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab dan lain-lain. Yang kurang cocok di perbaiki, dan yang tidak cocok di ganti. Contohnya budaya korup dan menyimpang adalah sasaran bidik dari pendidikan transformatif.
Peranan sekolah dalam transformasi kebudayaan dengan proses sosialisasi atau enkulturasi (proses pembudayaan). Sosialisasi dapat diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup yang berkenaan dengan bagaimana individu mempelajari cara-cara hidup, norma dan nilai sosial yang terdapat dalam kelompoknya agar dapat berkembang menjadi pribadi yang dapat di terima oleh kelompoknya. Sosialisasi berfungsi untuk: memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada individu, menambah kemampuan berkomunikasi, mengembnagkan kemampuan menulis, membaca dan bercerita, membantu pengendalian fungsi-fungsi organik melalui latihan-latihan mawas diri, membiasakan individu dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Enkulturasi merupakan proses belajar menyusuaikan alam pikiran serta sikap terhadap adat, sistem norma, serta semua peraturan yang terdapat dalam kebudayaan seseorang. Proses ini telah dimulai sejak awal kehidupan kemudian dalam lingkungan yang makin lama makin meluas.  Proses enkulturasi selalu berlangsung secara dinamis. Wahana terbaik dan paling efektif untuk mengembangkan ketiga proses sosial budaya tersebut adalah pendidikan, yang terlembaga melalui sistem persekolahan. Sekolah merupakan wahana strategis yang memungkinkan setiap anak didik, dengan latar belakang sosial budaya yang beragam, untuk saling berinteraksi di antara sesama, saling menyerap nilai-nilai budaya yang berlainan, dan beradaptasi sosial.  Dapat dikatakan, sistem persekolahan adalah salah satu pilar penting yang menjadi tiang penyangga sistem sosial yang lebih besar dalam suatu tatanan kehidupan masyarakat, untuk mewujudkan cita-cita kolektif. Untuk membangun manusia melalui budaya maka nilai-nilai budaya itu harus menjadi satu dengan dirinya, untuk itu di perlukan waktu panjang untuk transformasi budaya.
Proses transformasi budaya dapat di lakukan dengan cara mengenalkan budaya, memasukan aspek budaya dalam proses pembelajaran. Kebudayaan merupakan dasar dari praksis pendidikan maka tidak hanya seluruh proses pendidika berjiwakan kebudayaan nasional saja, tetapi juga seluruh unsur kebudayaan harus di perkenalkan dalam proses pendidikan.
Apa yang dimaksud dengan peranan sekolah sebagai:
Pewaris
Pemelihara kebudayaan
Pembaru kebudayaan
Jawaban :
Peranan Sekolah sebagai Pewaris
Kebudayaan yaitu hasil cipta, karsa dan karya manusia berupa norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan dan tingkah laku yang dipelajari dan dimiliki semua anggota masyarakat tertentu dan dijunjung tinggi. Hasil cipta, karsa dan karya manusia yang memiliki nilai dan dijunjung tinggi tidak dengan sendirinya dimiliki oleh anak didik tanpadiajarkan (ditransmisikan) kepada anak atau dipelajari oleh anak tersebut.
Peranan Sekolah sebagai Pemelihara Kebudayaan
Nilai-nilai budaya yang tinggi dan pantas untuk dilestarikan, maka sekolah perlu memelihara, sedangkan budaya yang tidak perlu seperti egosentris (mementingkan diri sendiri) lambat laun harus dikurangi.
Peranan Sekolah sebagai Pembaru Kebudayaan
Selain peranan sekolah sebagai pemelihara dan pewaris nilai-nilai budaya, juga sebagai pembaru (inovatif). Budaya yang sudah tidak sesuai dengan keinginan atau kehendak masyarakat dihilangkan, sedangkan yang sesuai dengan kehendak masyarakat dijaga dan dikembangkan, sehingga timbul budaya-budaya baru di kemudian hari.

Ada dua syarat terjadinya interaksi sosial. Jelaskan!
Jawaban:
Syarat terjadinya interaksi sosial:
Adanya Kontak Sosial (Social Contact)
Syarat terjadi interaksi sosial yang pertama adalah adanya kontak sosial. Kontak sosial merupakan hubungan sosial yang terjadi baik secara fisik maupun non fisik. Kontak sosial yang terjadi secara fisik yaitu bertemunya individu secara langsung, sedangkan kontak sosial yang terjadi secara non fisik yaitu pada percakapan yang dilakukan tanpa bertemu langsung, misalnya berhubungan melalui media elektronik seperti telepon, radio dan lain sebagainya.
Dalam interaksi sosial, Kontak sosial juga dapat bersifat positif atau negatif. Dalam hal ini, Kontak sosial yang bersifat positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial yang bersifat negatif mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan suatu interaksi sosial. Contohnya jika pedagang sayur menawarkan sayurnya pada nyonya rumah dan diterima dengan baik sehingga memungkinkan terjadinya proses jual-beli, maka kontak sosial tersebut bersifat positif. Lain halnya jika nyonya rumah hanya menggerutu sewaktu ditawarkan yang kemungkinan besar tidak akan terjadi jual beli, maka kontak tersebut bersifat negatif karena dapat menyebabkan tidak berlangsungnya suatu interaksi sosial.
Dalam Interaksi Sosial, Kontak sosial dapat pula bersifat primer dan sekunder. Kontak sosial primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapam muka, misalnya apabila orang-orang tersebut berjabat tangan, saling senyum. Sebaliknya kontak sosial yang sekunder memerlukan suatu perantara, misalnya A berkata kepada B, bahwa C sangat menyukai si A. Walaupun B tidak bertemu dengan si C, akan tetapi mendengar komentar yang dikeluarkan si A mengenai pendapat si C, secara tidak langsung mereka bertiga telah melakukan interaksi sosial.
Adanya Komunikasi
Syarat terjadinya interaksi sosial yang kedua adalah adanya komunikasi. Komunikasi adalah memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak tubuh maupun sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Individu yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh individu lain tersebut. Jadi komunikasi merupakan suatu proses dimana satu sama lainnya saling mengerti maksud atau perasaan masing-masing, tanpa mengerti maksud atau perasaan satu sama lainnya tidak dapat dikatakan sebagai komunikasi.
Dalam interaksi sosial, suatu kontak sosial dapat terjadi tanpa komunikasi. Misalnya pada orang Indonesia bertemu dan berjabat tangan dengan orang Argentina, lalu dia bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia dengan orang Argentina tersebut padahal yang terjadi orang Argentina tersebut sama sekali tidak mengerti bahasa Indonesia. Dalam hal in kontak sosial sebagai syarat terjadinya interaksi sosial yang utama telah terjadi, namun komunikasi sebagai syarat terjadinya interaksi sosial yang kedua tidak terjadi karena kedua orang itu tidak mengerti perasaan masing-masing. Apabila dihubungkan dengan interaksi sosial, maka dapat dikatakan bahwa kontak sosial tanpa komunikasi tidak mempunyai arti apapun.
Dari kedua syarat terjadinya interaksi sosial di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadinya interaksi sosial harus adanya kontak sosial dan komunikasi. Jika salah satu syarat tidak dipenuhi, maka tidak dapat dikatakan sebagai interaksi sosial. Adanya kontak sosial yang terjadi tanpa adanya saling mengerti maksud atau perasaan masing-masing, maka bukan merupakan proses interaksi sosial. Jadi disini interaksi sosial merupakan kontak sosial yang terjadi, dimana saling mengerti maksud atau perasaan masing-masing.

Hal-hal apa sajakah yang harus diperhatikan agar pendidikan menjadi pusat kebudayaan?
Jawaban:
Agar pendidikan menjadi pusat kebudayaan:
Peningkatan mutu pendidikan
Agar peningkatan mutu pendidikan dapat tercapai secara optimal maka perlu diperhatikan antara lain :
Tujuan. Tujuan pendidikan harus dirumuskan secara jelas baik tujuan institusional, tujuan kurikulum, tujuan institusional maupun tujuan instruksional. Semua tujuan harus dirumuskan secara jelas, tepat dan berdasarkan kompetensi.
Materi pelajaran. Materi pelajaran yang berbentuk pengetahuan, sikap dan ketrampilan hendaknya sesuai dengan kebutuhan dalam rangka mencapai tujuan kompetensi, isi materi pelajaran harus disusun sedemikian rupa untuk menemukan sesuatu. Organisasi materi harus dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk menganalisis, menyimpulkan, berbuat sesuatu dan mengerjakan sesuatu.
Metode pengajaran harus bervariasi, dapat meningkatkan siswa untuk berdiskusi, berlatih, berpikir ilmiah, dapat menemukan sesuatu sendiri, belajar bekerja sama.
Kemampuan yang telah dimiliki siswa (entry behavior) diperhatikan. Metode dan materi pengajaran disesuaikan kemampuan siswa.
Fasilitas dan perlengkapan yang memadai sehingga dapat mendukung terjadinya proses belajar mengajar yang optimal.
Menciptakan Masyarakat Belajar
Pendidikan hendaknya dapat menciptakan siswa agar ada upaya untuk selalu ingin tahu dan juga agar tercipta keinginan belajar sepanjang hayat.
Sekolah dapat menjadi teladan dari masyarakat
Jika sekolah dapat menjadi teladan bagi masyarakat sekitarnya, maka sekolah dapat menjadi pusat kebudayaan.
Membentuk manusia Indonesia seutuhnya
Menurut UU No. 2 tahun 1989 bab II pasal 4 ciri-ciri seutuhnya adalah : (1) manusia yang beriman, (2) memiliki pengetahuan dan ketrampilan, (3) memiliki kesehatan jasmani dan rohani, (4) kepribadian yang mantap dan mandiri, (5) serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Parsono dkk, 1990:4.7).

Mengapa pendidikan dikatakan sebagai bagian integral dari kebudayaan?
Jawaban:
Berkaitan dengan pendidikan bahwa kebudayaan sebagai suatu pola dan hasil tingkah laku yang dipelajari oleh semua anggota masyarakat tertentu. Sebagai suatu hasil kebudayaan juga ditransmisikan dari generasi tua kepada generasi muda. Selain kebudayaan yang ada, ditransmisikan melalui pendidikan tetapi juga ada perubahan-perubahan  sesuai dengan kondisi baru, sehingga terbentuklah pola tingkah laku baru, nilai-nilai dan norma-norma baru yang sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat (Wardani, 1999:4.5).
Menurut uraian di atas dapat ditafsirkan bahwa dengan pendidikan kebudayaan dapat diwariskan dan dengan pendidikan kebudayaan dapat diperbarui sesuai dengan kemajuan dan tuntutan masyarakat.
Lebih lanjut secara jelas disebutkan bahwa pendidikan itu merupakan bagian dari kebudayaan (Wardani, 1999:4.2). Pendidikan itu merupakan bagian integral dari kebudayaan (Wardani, 1999:4.9).
Menurut UU Nomor 4 tahun 1950  juncto nomor 12 tahun 1954 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan pengajaran  di sekolah pada bab III pasal 4 dari pendidikan dan pengajaran adalah asas-asas yang termaktub dalam Pancasila dan UUD negara Republik Indonesia dan atas kebudayaan kebangsaan Indonesia. Demikian juga menurut UU nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Indonesia dijelaskan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pada Pancasiladan UUD 1945. Dari uraian di atas dapat diketahui dengan jelas bahwa pendidikan nasional Indonesia berkaitan erat dengan kebudayaan Indonesia sebab pendidikan nasional Indonesia berakar pada kebudayaan Indonesia.

Jelaskan pengertian dari:
Sosiologi pendidikan
Individu dan masyarakat
Kebudayaan
Sistem sosial
Jawaban:
Sosiologi pendidikan adalah aspek-aspek sosiologi yang diterapkan pada masalah-masalah pendidikan yang fundamental.
Sosiologi pendidikan merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari permasalahan-permasalahan pendidikan dan berusaha untuk mencari pemecahannya berdasarkan pendekatan sosiologis.
Individu dan masyarakat
Individu berasal dari kata individium (latin), yaitu satuan kecil yang tidak dapat dibagi lagi. Individu menurut konsep sosiologi, artinya manusia yang hidup berdiri sendiri, tidak mempunyai kawan (sendiri). Individu sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, di dalam dirinya selalu dilengkapi dengan kelengkapan hidup meliputi raga, rasa, rasio, dan rukun.
Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab “syaraka” yang berarti ikut serta, berpartisipasi, atau “masyaraka” yang berarti saling bergaul. Di dalam bahasa Inggris dipakai istilah “society”, yang sebelumnya berasal dari kata lain “socius” berarti “kawan” (koentjoroningrat,1980). Pendapat sejenis juga terapat dalam buku “Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial” karangan Abdul Syani (1987), dijelaskan bahwa perkataan masyarakat berasal dari kata musyarak (Arab), yang artinya berkumpul bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi, selanjutnya mendapat kesepakatan menjadi masyarakat (Indonesia).
Kebudayaan
Kebudayaan dapat ditafsirkan sebagai hasil cipta rasa dan karya manusia yang dijunjung tinggi.
Sistem Sosial
Sistem sosial merupakan suatu sinergi antara berbagai subsistem sosial yang saling mengalami ketergantungan dan keterkaitan.

Mengapa sekolah dikatakan sebagai sistem sosial?
Jawab:
Sekolah diartikan sebagai sebuah organisasi, yaitu organiasi sosial yang mempunyai struktur tertentu yang melibatkan sejumlah orang dengan tugas melaksanakan suatu fungsi untuk memenuhi suatu kebutuhan. Proses belajar berjalan dalam sebuah lokasi dan diselenggarakan oleh organisasi yang mempunyai struktur dan tujuan tertentu. Penampilan keterpaduan antara ketiga makna tersebut dipengaruhi oleh berbagai factor seperti jumlah, tingkat usia, serta karakteristik lain yang menandai orang-orang yang terlibat didalamnya serta tujuan,program kerja dan kegiatan yang dilaksanakan, lama waktu penyelenggaraan,dan pendekatan yang digunakan. Akan tetapi diantara semuanya itu terdapat persamaan yaitu bahwa setiap lembaga yang dinamakan sekolah berperan mengurusi manusia,bukan mengurusi benda-benda mati.
Sekolah dirancang untuki melaksanakan pembimbingan dalam sebagian perkembangan hidup manusia. Sekolah melanjutkan proses sosialisasi yang telah dilakukan sebelumnya yaitu dalam keluarga dan lingkungan sekitar rumah tangga,dan menyiapkan anak untuk memasuki tahapan hidup selanjutnya. Hal ini yang membedakan sekolah dari organisasi lain yang mengurusi manusia adalah bahwa sekolah menghadapi kliennya dalam bentuk kelompok,bukan sebagai individu seperti yang terjadi dirumah sakit terhadap pasiennya atau di rumah penjara terhadap tahanan-tahanannya. Juga sekolah menetapkan terlebih dahulu penerimaan klien dan pengeluaran mereka,sedangkan rumah sakit dan rumah penjara tidak melakukannya.
Kehidupan merupakan sebuah sistem yang terdiri atas berbagai sub sistem yang pada gilirannya bisa dipandang sebagai suatu system pula. Sub system-sub system itu bukan saja berkaitan satu sama lain melainkan juga saling tergantung. Mereka berbagai fungsi untuk kelangsungan hidup dan eksistensi sistem secara keseluruhan.
Setiap sekolah memiliki komponen-komponen sarana fisik seperti lahan,bangunan (kantor, ruang belajar, jamban, dan lain-lain), kurikulum, dan orang-orang (guru, pimpinan, karyawan non edukatif, dan pelajar). Komponen-komponen tersebut menyumbang dengan fungsi dan perannya untuk keberhasilan lembaga. Sebagai sebuah system, sekolah mempunyai keterkaitan dengan sistem lain yang jumlahnya tidak sedikit. Sistem luar itu meliputi antara lain orang tua siswa, komuniti sekitar sekolah dll. Pola hubungan antara sekolah dengan system lain diwarnai dan diisi dengan informasi-informasi yang berarah timbale balik. Input atau timbal balik itu dapat berupa dorongan bagi sekolah untuk mengadakan perubahan pada struktur atau interaksi edukatif di dalamnya atau untuk mempertahankan yang telah ada. Umpan balik yang menimbulkan perubahan disebut morfogenis, sedangkan yang mendorong untuk mempertahankan corak struktur dan interaksi yang telah ada dinamakan umpan balik yang bersifat morfostatis.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar